Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meraih Seberkas Cahaya

4 April 2023   21:15 Diperbarui: 9 April 2023   14:21 1531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Freepik

            Malam, selesai shalat tarawih, Maryam buru-buru menyiapkan payungnya, tak menunggu hujan reda, ia bersiap keluar dari masjid. 

          "Dik May, mau nekat pulang? Hujannya masih deras hlo ... Tunggulah barang  5 atau 1o menit lagi barangkali hujan sudah agak reda," kata Yu Partinah sahabat sekaligus rekan kerjanya mengingatkan.

         "Zahra kemarin badannya anget Mbakyu, aku khawatir sekarang dia masih  rewel," ujar Maryam dengan wajah cemas. Zahra adalah putri Maryam yang masih berusia sekitar 10 bulan.

         "Ya sudah, aku tak meneruskan nderes sama teman-teman dulu di sini ya, barangkali sebentar lagi hujan reda," ucap Yu Partinah  sambil menepuk bahu Maryam. "Ati-ati, jalannya becek," lanjutnya.

         "Ya Yu, Assalamu'alaikum," kata Maryam berpamitan.

            Sebagian anak-anak nekat lari di tengah hujan sambil memainkan sarung dan asyik bersenda gurau.  Bagi mereka, anak-anak desa,  hujan berarti bermain.

           Maryam sedikit mengangkat mukenanya dengan tangan kirinya sambil mendekap sajadah. Tangan kanan memegang sebuah payung tua. Dipegangnya payung itu agar  tak terbang karena hembusan angin yang cukup kencang.  

           Sebagian badannya basah kuyup. Payung kecilnya tak kuasa menahan terpaan air hujan malam itu. Mukena putihnya kotor terkena cipratan air. Sandal jepitnyapun tak terselamatkan, putus karena Maryam sempat terjebak dalam genangan air berlumpur. Sengaja ia lepaskan sandalnya dan berjalan tanpa alas kaki. 

            Jalanan dari rumahnya menuju ke masjid At Taqwa di desa Pakis memang masih berupa tanah dan bebatuan yang ditata seadanya.        

           Seorang perempuan sepuh membukakannya pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun