“Ayah, lihat Adik bawa jajanan,” kata Syifa kepada Ayahnya sambil menunjukkan beberapa jajanan yang masih terbungkus rapi dalam palstik.
“Hlo, kok tidak dimakan Nduk Cah ayu?” tanya Ayah lirih.
"Sudah Yah, tadi Syifa makan satu bungkus, hari ini Syifa dapat tiga bungkus hlo Yah, ini yang satu buat Ayah, satu lagi buat Ibu,” ucapnya sambil memberikannya kepada Ayah dan Ibunya. Ayah dan Ibunya nampak tersenyum geli melihat kepolosan putri kecilnya itu.
“Terima kasih Syifa putri Ayah yang cantik,” jawab Ayah sambil mencubit gemas putri kecilnya.
“Tahu tidak, Ayah juga punya kejutan hlo buat Syifa dan Kakak,” lanjut Ayah bersemangat.
“Wah, apa itu Yah,” kata Amalia tak mau kalah dengan adiknya. Mereka berdua segera berjalan mendekat ke Ayahnya.
“Besok hari Minggu kita pergi ke toko “Berkah” ya, Ayah mau membelikan Adik dan Kak Lia baju baru,” ucap Ayah. “Alhamdulillah, hari ini Ayah dapat rejeki,” lanjut Ayah.
“Alhamdulillah, terima kasih Ayah, Ibu,” sahut kedua kakak beradik itu sambil memeluk Ayah dan Ibu mereka. Kemudian mereka berjalan menuju ke kamar sambil berbincang baju seperti apa yang akan mereka pilih nanti.
“Yah, lalu kapan Ibu dibelikan mesin cuci lagi?” tanya Ibu kepada suaminya.
“Sabar Bu, tenang ... untuk Ibu ada hadiah spesial dari Ayah,” jawab Ayah sambil menggamit tangan istrinya menuju ke kamar.
“Ayah sudah pesan mesin cucinya Bu, besok sudah siap dikirim dari toko “Anyar” Ibu tidak usah capek lagi mencuci, tangan Ibu juga tidak sakit lagi, dan ini ...,” ucap Ayah yang tiba-tiba mengeluarkan seuntai kalung emas dari dalam dompet kecil. Sebuah kalung mungil berliontin batu merah yang cantik sudah berada di tangannya.
