“Tapi Bu, semua dibelikan baju baru hlo, bahkan ada yang dibelikan sepatu baru, jilbab baru, tas baru, mainan baru,” ucap Syifa.
“Adik berdoa ya, memohon kepada Allah supaya Ayah dan Ibu diberi rejeki oleh Allah, supaya Adik dan Kakak bisa punya baju baru di hari lebaran nanti,” jawab Ibu menjelaskan.
“Iya Ibu, Syifa kan sudah bisa puasa, infaq, belajar membaca iqro, mengaji di masjid, hmm ... apalagi ya,” ujar Syifa sambil meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Matanya menerawang ke langit berusaha mengingat-ingat apa yang selama ini sudah dilakukannya.
“Oh iya, tiap hari Syifa ikut shalat Isya dan tarawih di masjid Bu,” Syifa berusaha meyakinkan Ibunya.
“Iya, iya Cah ayu, Ibu tahu Adik sudah jadi anak yang sholihah, Ibu bangga sekali sayang,” jawab ibu sambil mengendarai motornya.
Sesampainya di rumah, Syifa melepas sepatunya sendiri, meletakkan tasnya di meja belajarnya, dan mengganti baju. Ibu melanjutkan pekerjaannya, membawa se-ember cucian yang siap dijemur.
“Kapan bisa beli mesin cuci yang baru ya?” gumam Ibu pelan.
Beberapa hari sudah mesin cucinya rusak, sudah dua kali memanggil tukang service, tapi hasilnya belum memuaskan. Terpaksa sehari-hari ibu harus mencuci baju menggunakan tangannya. Tangannya memerah dan terkadang terasa perih karena sabun cuci.
Hari menjelang sore, seusai shalat asyar Ibu menyiapkan beberapa bahan masakan untuk persiapan buka nanti. Syifa dan Kakaknya sudah berangkat ke masjid untuk mengaji sekaligus mengikuti kegiatan buka bersama bersama santri-santri pengajian.
“Assalamu’alaikum Ayah, Ibu, Adik pulang,” ucap Syifa sepulang dari buka bersama di masjid. Syifa berjalan diikuti oleh Kakaknya, Amalia.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, ehh anak-anak Ayah sudah pulang,” jawab Ayah menyambut dua putri cantiknya.
