" Ya udah, terserah kamu. Kamu yang merasakan kok." Ucap Bu Ratna sambil berjalan menjauh dariku ke tengah-tengah tumpukan sampah dimana pemulung-pemulung lainnya bergelut disana.
Kembali ku elus perut buncitku, angin sepoi-sepoi membuatku sangat nyaman di bawah pohon ini hingga membuat mataku perlahan-lahan tertutup rapat dan rapat hingga dibuai mimpi. Rasanya nyaman sekali.
Entah sudah berapa lama aku tertidur. Rasa sakit yang melilit perutku membangunkanku.
Perutku rasanya sangat sakit seperti ada yang bergerak-gerak di dalam. Pinggangku juga, panas dan nyeri sekali. Rasanya aku akan mati.
Tiba-tiba dari kemaluanku keluar cairan yang banyak. Padahal aku sedang tidak pipis. Apa ini?
Rasa sakit semakin menjadi. Ku lihat disekelilingku ternyata sangat sepi. Dimana bu Ratna tadi? Batinku.
"Bu Ratna... bu.. " panggilku saat akhirnya ku melihatnya sedang berebut barang rongsokan yang baru diturunkan dari truk pengangkut sampah.
Sepertinya Bu Ratna tak mendengar teriakanku karena jarak yang lumayan jauh, yaitu sekitar seratus meter dariku. Ditambah suara deru mesin truk yang menambah kebisingan.
Itu adalah truk ke tiga yang datang. Sebenarnya Ingin rasanya aku bergabung dengan mereka mengais rejeki disana. Tapi karena keadaanku yang tak memungkinkan, terpaksa aku harus melewatkan truk ketiga ini.
Tapi sebenarnya masih ada dua truk lagi nanti yang datang hari ini. Jadi aku masih punya kesempatan.
Dalam sehari, biasanya lima unit truk datang bergantian untuk mengantarlan sampah di tempat ini.