Kuputuskan pergi. Tak kuhiraukan panggilannya. Aku kembali berlari menuju ujung lorong. Di bawah lampu pasar yang terang, Kusi menungguku.Â
Apa kubilang, kegelapan hanya milik tikus pecundang. Kusi berbeda dengan tikus kebanyakan. Tak sabar rasanya aku berpetualang keluar dengannya.Â
***
Sudah sepekan Kusi mengajakku jalan-jalan. Tentu saja bukan di pasar yang becek dan kotor. Kami mendapat sisa makanan dari perumahan dan pusat perbelanjaan. Ia bilang, aku perlu menaikan standar makananku. Mencoba cemilan yang tidak kutemui di selokan pasar sana.Â
Hebat memang Kusi. Ia berteman dengan banyak tikus. Tiap kami singgah, ada saja yang menyapanya. Sesekali ia pergi sendiri. Berbicara serius dengan tikus lain di luar sana.
"Jadi, hari ini kita kemana?" Tanyaku sambil mengusap sisa keju dari mulutku. Kusi tertawa melihat mulutku yang cemong. Katanya aku terlihat menggemaskan.Â
Kupikir keju hanya makanan ilusi. Hanya muncul di film Tom & Jerry yang ditonton Asep, anak juragan sayur di pojok pasar. Ternyata keju mudah ditemui di sini.Â
"Kita temui bosku hari ini." Kusi menepuk pantat hitamku.Â
"Kupikir kamu bosnya."
Dia tertawa terbahak-bahak. Menggelengkan kepalanya sambil lalu.Â
***