Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga terdapat banyak keragaman budaya yang unik. Dengan adanya banyak perbedaan antara budaya yang satu dan yang lain menyebabkan masyarakat Indonesia harus bisa saling menghargai satu sama lain. Setiap daerah memiliki kebudayaannya masing-masing, begitu juga dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salah satu kebudayaan yang unik dari kota pelajar tersebut adalah penggunaan pakaian adat setiap hari Kamis Pahing. Kamis Pahing merupakan salah satu peringatan hari kelahiran dalam kalender Jawa setiap 35 hari sekali. Bagi orang Jawa, kemungkinan kata legi, pon, pahing, wage, dan kliwon pasti sudah tidak asing lagi untuk didengar.
Beberapa kata tersebut termasuk dalam weton pada Primbon Jawa. Primbon digunakan sebagai pedoman untuk menentukan sikap dalam setiap tindakan yang dilakukan di kehidupan sehari-hari oleh orang Jawa. Hal ini menunjukkan adanya tradisi dan kebudayaan Jawa yang masih dilestarikan dan bahkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.
Setiap kamis pahing di kota Yogyakarta, seluruh pelajar dan pegawai negeri sipil diwajibkan menggunakan pakaian khas kota Yogyakarta, yakni kebaya bagi perempuan dan surjan bagi laki-laki. Dalam menggunakan pakaian adat tersebut terdapat ketentuannya yang harus ditaati oleh seluruh masyarakat Yogyakarta.
Ketentuan tersebut adalah masyarakat dilarang menggunakan surjan yang bermotif bunga dan jarik yang memiliki motif parang besar. Lebih tepatnya, peraturan tersebut berlaku ketika Keraton sedang mengadakan acara atau perayaan. Pada waktu tersebut, masyarakat tidak boleh menggunakan pakaian adat dengan motif yang serupa. Hal ini dikarenakan motif tersebut seharusnya hanya digunakan oleh keluarga Keraton.
Namun, apabila digunakan di luar acara Keraton, tentu saja tidak menjadi masalah dan masyarakat boleh untuk menggunakannya. Budaya ini termasuk unik dan pastinya ada alasan tersendiri mengapa setiap hari Kamis Pahing, seluruh masyarakat terutama pelajar dan pegawai negeri sipil diwajibkan menggunakan pakaian adat tradisional Yogyakarta.
Berdasarkan artikel milik Tempo.co, alasan Kamis Pahing dipilih sebagai hari yang spesial karena Kamis Pahing bertepatan dengan hari berdirinya Keraton Yogyakarta. Oleh sebab itu, sebagai bentuk menjaga keistimewaan kota Yogyakarta dan melestarikan budaya dari leluhur maka diberlakukan kegiatan Kamis Pahing tersebut (Tarigan, 2019).
Dengan adanya kebiasaan tersebut, membuat masyarakat Jogja menjadi tidak melupakan budaya yang ada. Budaya yang dilakukan setiap Kamis Pahing tersebut sesuai dengan pembahasan komunikasi antar budaya mengenai identitas budaya. Menurut Samovar, identitas sosial dapat berdasarkan kependudukan geografis, peran yang dilakukan, keanggotaan dalam organisasi formal maupun informal, pekerjaan, dan kelompok yang memiliki stigma (Samovar, dkk., 2013, h. 217).
Melihat budaya Kamis Pahing menunjukkan identitas sosial warga Yogyakarta yang berusaha melestarikan budaya Yogyakarta dan juga berusaha menjaga keistimewaan yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain menunjukkan identitas sosial, budaya Kamis Pahing juga menunjukkan adanya identitas etnis atau ethnic identity. Dalam Samovar dijelaskan bahwa identitas etnis berasal dari berbagi warisan, sejarah, tradisi, nilai, perilaku serupa, wilayah geografis asal, dan dalam beberapa kasus termasuk bahasa (Samovar, dkk., 2013, h. 218).
Kamis Pahing menunjukkan adanya identitas etnis Jawa yang berasal dari warisan leluhur dan juga tradisi Jawa. Hal ini dibuktikan dari penggunaan pakaian adat yang dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika Kamis Pahing. Selain itu, Kamis Pahing tidak hanya menunjukkan hari spesial, namun juga untuk melestarikan budaya yang telah dilakukan secara turun temurun oleh leluhur.
Dahulu, para leluhur selalu menggunakan pakaian adat, seperti kebaya dan surjan dalam kegiatan sehari-hari, terutama dilakukan oleh Abdi Dalem Keraton. Keraton Yogyakarta sangat menjunjung tinggi nilai budaya untuk diterapkan. Bahkan, tidak hanya mengenai pakaian adat, namun seluruh kebudayaan Ngayogyakarta dilakukan dari generasi ke generasi hingga akhirnya menjadi kebiasaan.
Tidak hanya di Yogyakarta, namun juga di seluruh Indonesia bahwa setiap daerah memiliki budayanya masing-masing yang harus dilestarikan. Dengan keberagaman budaya yang dimiliki menunjukkan adanya perbedaan di setiap daerah hingga membentuk suatu identitas daerah atau regional identity.
Samovar menyatakan bahwa perbedaan budaya antar daerah dapat diwujudkan melalui etnis, bahasa, aksen, dialek, adat istiadat, makanan, pakaian, maupun warisan sejarah serta politik yang berbeda dan penduduk dalam suatu wilayah menggunakan satu atau beberapa karakteristik tersebut untuk menunjukkan identitas daerahnya (Samovar, dkk., 2013, h. 221).
Untuk daerah Yogyakarta, Kamis Pahing adalah salah satu budaya yang diterapkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku gubernur sebagai bentuk pelestarian budaya dan sekaligus menjadi identitas daerah warga kota Yogyakarta.
Identitas daerah ditunjukkan dari penggunaan pakaian adat yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta setiap hari Kamis Pahing. Selain itu, penggunaan pakaian adat tradisional berupa kebaya maupun surjan tersebut juga digunakan ketika melakukan adat istiadat Ngayogyakarta.
Dengan dibiasakannya seluruh masyarakat Yogyakarta untuk menerapkan budaya Kamis Pahing tersebut, dapat semakin mempertahankan budaya yang sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat yang paling diutamakan untuk menggunakan pakaian adat tradisional adalah pelajar dan pegawai negeri sipil.
Pelajar merupakan generasi muda yang akan melestarikan budaya di generasi berikutnya. Selain itu, identitas budaya dapat ditetapkan sejak kecil diawali dengan bimbingan dari orang tua.
Melihat hal tersebut, sesuai dengan yang disebutkan oleh Samovar bahwa setelah identitas ditetapkan, maka identitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimulai dari masa kanak-kanak berlanjut hingga remaja dan dewasa (Samovar, dkk. , 2013, p. 227).
Begitu juga dengan identitas budaya masyarakat Yogyakarta yang berupa Kamis Pahing ditunjukkan dengan pelajar yang wajib mengenakan pakaian adat Jawa ketika Kamis Pahing. Dengan terbiasanya para generasi muda mengikuti budaya Kamis Pahing tersebut maka dapat melestarikan dan mengenalkan budaya Yogyakarta ke generasi berikutnya.
Identitas budaya dapat dilihat melalui berbagai cara. Dalam menentukan identitas budaya dapat dilihat melalui keterlibatannya dalam acara peringatan (Samovar, dkk. , 2013, p. 227).
Melalui budaya masyarakat yang menggunakan pakaian adat Jawa ketika hari Kamis Pahing, menunjukkan identitas budaya mereka sebagai masyarakat Yogyakarta atau orang yang tinggal di Yogyakarta. Kebiasaan tersebut menunjukkan keterlibatan mereka dalam suatu acara peringatan.
Hal ini dibuktikan dengan penggunaan pakaian adat yang dilakukan setiap 35 hari sekali, tepat ketika hari Kamis Pahing. Penggunaan pakaian adat hanya dilakukan ketika Kamis Pahing maupun ketika ada hari spesial di Yogyakarta, seperti hari ulang tahun kota Yogyakarta. Dengan mengikuti acara perayaan atau peringatan tersebut semakin menunjukkan identitas budaya seseorang.
Dalam menentukan identitas budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Identitas budaya juga dapat ditentukan sejak masa kanak-kanak yang hingga akhirnya berlanjut sampai dewasa.
Cara menunjukkan identitas budaya, kebanyakan dapat dilihat melalui kebiasaan sehari-hari dan interaksi yang terjadi. Interaksi mampu mempengaruhi dan bahkan mengubah identitas budaya yang ada. Namun, dalam budaya Kamis Pahing ini, identitas budaya ditentukan melalui kebudayaan yang telah dilakukan secara turun temurun.
Selain itu, demi menjaga kelestarian budaya sehingga tidak akan terlupakan, pemerintah memasukkan penggunaan pakaian adat atau tradisional Yogyakarta setiap Kamis Pahing dalam peraturan gubernur Yogyakarta. Dengan masyarakat yang mengikuti peraturan pemerintah maka akan semakin mudah untuk melestarikan budaya yang dimiliki kota Yogyakarta dari satu generasi ke generasi lain.
Samovar, dkk. (2013). Communication Between Cultures, Eighth Edition. Boston: Cengage Learning.
Tarigan, Mitra. (2019, September 23). Tradisi Baju Adat Kamis Pahing di Yogyakarta, Apa Istimewanya?. Retrieved from gaya.tempo.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H