Mohon tunggu...
YOSI RAMADONA M.Sn
YOSI RAMADONA M.Sn Mohon Tunggu... Guru - GURU & DOSEN

Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Justru pelajaran yang paling berharga muncul dari diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

LK 1.2 Tabel Eksplorasi Penyebab Masalah

23 Januari 2024   09:29 Diperbarui: 23 Januari 2024   10:18 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

No.

Masalah yang telah  diidentifikasi

Hasil eksplorasi penyebab masalah

Analisis eksplorasi penyebab masalah

1.

Kurangnya motivasi siswa dalam  belajar

Kajian literatur :

  • Menurut Eman Nataliano. (2023). Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan. Vol 2. 
  • Siswa yang kurang antusiasi dalam belajar seringkali merupakan akibat dari kurangnya kemampuan, sehingga menyebabkan mereka tidak berusaha untuk memanfaatkan kemampuannya.
  • Pendapat tersebut diperkuat oleh Megayanti. 2016. Basic Education.Vol. 5. No. 30. 
  • Faktor intrinsik penyebab siswa malas belajar meliputi kurangnya motivasi dalam diri siswa, pola makan yang kurang baik, suasana hati siswa yang buruk, minat terhadap mata pelajaran tertentu, dan bakat yang dimiliki siswa. Faktor ekstrinsik meliputi sikap orang tua yang kurang memberikan dukungan, sikap guru dalam mengajar, suasana belajar yang tidak kondusif,dan sarana belajar dirumah yang kurang memadai.
  • Ina Magdalena1, Shifa Fauziah2, Putri Widiya Sari3, Nesfi Berliana4. Analisis Faktor Siswa Tidak Memperhatikan Penjelasan Guru.
  • Menurut mereka Faktor-Faktor yang mempengaruhi dalam belajar adalah sebagai berikut:
  • Faktor internal: faktor kesehatan,faktor psikologis meliputi minat,bakat,motivasi,konsentrasi,
  • Faktor eksternal,yaitu cara orang tua mendidik,suasana rumah, relasi antar anggota kelurga,suasan rumah.
  • Faktor sekolah

Sumber Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:

 

  • Aslindawati, S.Pd.,MM. Kepala Sekolah SMAN 14 Pekanbaru
  • Ada beberapa faktor penyebab siswa tidak serius dalam belajar diantaranya karena kurang motivasi dan kesadaran dari dalam dirinya, minat terhadap mata pelajaran tertentu, juga bisa timbul  dari faktor pola makan yang kurang baik sehingga susah untuk fokus belajar. Motivasi dari keluarga juga sangat diperlukan supaya siswa semangat belajar.
  • Zulfa S.Pd Waka Kesiswaan/guru di SMAN 14 Pekanbaru

Siswa tidak fokus belajar disebabkan faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti: malas dan mengantuk. Jika sudah malas dan mengantuk maka siswa/i tidur di meja atau permisi keluar kelas dengan alasan ke wc, tapi keluar kelas malah menonton kegiatan olahraga bahkan ikut bermain bola. Hal ini terjadi karena siswa tersebut menyukai pelajaran olahraga. Harusnya dalam masalah ini guru harus lebih kreatif dengan model pembelajarannya, seperti: jangan kaku dan diselingi game/permainan.

Dari kajian literatur dan hasil wawancara, maka siswa yang tidak serius dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

  • Kurangnya kemampuan siswa dan tidak berusaha belajar lebih giat.
  • Kurangnya motivasi dari dalam diri siswa, seperti:
  • Pola makan yang tidak baik. Siswa tidak akan  bisa mengikuti pelajaran dalam kondisi perut lapar.
  • Siswa tidak sehat atau ada penyakit serius
  • Siswa mengantuk
  • Suasana hati yang buruk.Siswa tidak akan bisa fokus belajar jika suasana hatinya sedang sedih atau kecewa.
  • Siswa minat dan bakatnya ada pada mata pelajaran lain, contoh: olah raga
  • Kurangnya dukungan orang tua terhadap siswa
  • Suasana rumah yang tidak kondusif untuk belajar
  • Sikap guru yang tidak baik, seperti: angkuh, kasar, tidak memberi kesempatan siswa bertanya, dll
  • Guru yang kurang kreatif sehingga belajar terasa membosankan
  • Suasana sekolah yang tidak nyaman.

2

Masih rendahnya perhatian guru pada siswa berkebutuhan khusus.

Kajian literatur :

  • Tarindra Puspa Wijayanti. (2019). Journal of Creativity Student 2. 

Keberadaan sekolah inklusi akan memberikan dampak tersendiri bagi pengembangan kepribadian dan kepekaan sosial anak. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan anak normal kurang memiliki kepekaan kepada anak yang berkebutuhan khusus. Disini seorang guru dan lingkungan sekolah sangat berperan dalam mengasah kepekaan sosial anak, karena sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan komunikasi dengan makhluk lainnya.

Setiap peserta didik berhak memperoleh pelayanan dan kemajuan Pendidikan yang signifikan, terlepas dari mereka yang normal dan mereka yang memiliki keterbatasan fisisk maupun mental.

  • Dra. Sri Winarsih, dkk. (2013). Panduan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang Tua, Keluarga, dan Masyarakat). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Jakarta.
  • Ciri-ciri atau tanda-tanda anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif :
  • Inatensi atau kesulitan memusatkan perhatian, seperti tidak mau mendengar, gagal menuntaskan tugas-tugas, sering menghilangkan benda-benda, tidak dapat berkonsentrasi, perhatiannya mudah terganggu, suka melamun, pendiam, harus diingatkan dan diarahkan terus-menerus.
  • Impulsif atau kesulitan menahan keinginan, seperti terburu-buru saat mendekati sesuatu, tidak teliti, berani mengambil risiko, mengambil kesempatan tanpa pikir panjang, sering mengalami celaka atau luka, tidak sabar, dan suka interupsi. Hiperaktif atau kesulitan mengendalikan gerakan, seperti sangat sulit istirahat, tidak dapat duduk lama, bicara berlebihan, menggerakkan jari-jari tak bertujuan (usil), selalu bergerak ingin pergi atau meninggalkan tempat, mudah terpancing, dan banyak berganti-ganti posisi/gerakan.

Sumber Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:

 

  • Rahmawati, S.Si.,M.Sc, Dosen Fakultas Sains dan Tekhnologi UIN suska Riau
  • Semua sekolah harusnya memberikan contoh yang baik, pihak sekolah harusnya memahami kebutuhan anak didiknya. Anak berkebutuhan khusus bisa saja sekolah di sekolah umum, tapi jika kondisi anak tersebut menyulitkan semua pihak atau harus dibantu dan terus  dijaga pasti akan sangat sulit dan membuat situasi tidak nyaman baik bagi guru ataupun siswa lainnya. Oleh kare itu selama anak berkebutuhan khusus tersebut bisa beradaptasi dengan baik, insyaAllah guru dan kawan2 nya pun bisa memahami kondisinya. Tapi kalo anak berkebutuhan khusus tersebut perlu pendamping, sebaiknya dia sekolah ditempat yg menyediakan fasilitas kebutuhan khusus, seperti: Sekolah Luar Biasa negri ataupun swasta.
  • Sri Lestari,S.Pd. Guru di SMAN 14 Pekanbaru
  • Tidak semua guru mempunyai ilmu dalam mengatasi prilaku anak yang berkebutuhan khusus (istimewa). Untuk sekolah negri yang tidak inklusi tetapi  menerima anak berkebutuhan khusus, sekolah menyediakan atau memprasaranai guru-gurunya untuk mengikuti pelatihan terkait penanganan anak berkebutuhan khusus (istimewa).
  • Astri Suryani, S.Pd Guru di SMAN 14 Pekanbaru

Sebagai guru kita memang harus memahami dan harus mengerti karakter setiap siswa siswi kita. Apa lagi kepada anak yang mempunyai kebutuhan khusus, karena anak yang berkebutuhan khusus itu dia mengalami keterbatasan dan mempunyai perbedaan dalam fisik, mental, emosional, Pertumbuhan dan perkembangan nya memang beda dengan anak-anak yg lain. Jika kita menghadapi anak-anak seperti itu, sebagai seorang guru seharusnya kita bersikap menyenangkan hatinya dan perlakukan serta bersikaplah kita terhadapnya seperti kita perlakukan teman-temannya yang lain agar dia merasa bahwa dia sama dengan teman yang lainnya.

  •  

Dari kajian literatur dan hasil wawancara, maka masih rendahnya perhatian guru pada siswa berkebutuhan khusus terjadi karena  :

  • Siswa yang berkebutuhan khusus merupakan anak dengan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif yang memerlukan perhatian lebih dari lingkungan sekolah baik guru-guru maupun teman-temannya
  • Siswa berkebutuhan khusus, jika keberadaannya menyulitkan sebaiknya bersekolah di sekolah khusus. Tidak semua anak berkebutuhan khusus bisa bersekolah di sekolah umum.
  • Guru sebaiknya diberi pelatihan terkait penanganan anak berkebutuhan khsusus

3

Hubungan guru dengan orang tua yang kurang kondusif

Kajian literatur :

  • Mumu*), dkk. (2019). Hubungan Kualitas Kerja Sama Sekolah Dan Orang Tua Dengan Intensitas Usaha Belajar Siswa. Universitas Siliwangi.
  • Keterlibatan orang tua dalam pendidikan dapat diidentifikasi dalam beberapa pola yang berbeda seperti kerjasama antara orang tua dan anaknya, kegiatan berbasis sekolah (misalnya, menghadiri acara sekolah), atau komunikasi orang tua-guru, serta pemantauan perilaku anak-anak diluar sekolah. Keterlibatan orang tua juga dapat dikaitkan dengan indikator lain seperti keberhasilan sekolah, tingkat repetisi (mengulang kelas) yang rendah, tingkat drop-out yang lebih rendah tingkat, tingkat kelulusan dan ketepatan waktu studi yang tinggi, serta tingkat partisipasi dalam program pendidikan lanjut yang lebih tinggi. Barnard (2004).

Mirzon Daheri. (2019). Pendidikan Akhlak: Relasi Antara Sekolah Dengan Keluarga. At-Turats Jurnal Pemikiran Pendidikan Islam. Institut Agama Islam Negeri (Iain) Curup, Bengkulu

Usaha membangun persamaan persepsi dan memahami tujuan pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengadakan pertemuan antara orang tua dan sekolah secara berkala. Usaha membangun persamaan persepsi dan memahami tujuan pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengadakan pertemuan antara orang tua dan sekolah secara berkala.

Sumber Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:

 

  • Balo Siregar, S.Ag.,M.Ag.  Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam di STAI AL-AZHAR Pekanbaru.
  • Hubungan antara guru dan orang tua di sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan anak. Kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dapat memberikan dampak positif pada prestasi akademis dan perkembangan sosial-emosional anak. Berikut adalah beberapa aspek yang penting dalam hubungan ini:
  • Komunikasi Terbuka:
  • Guru dan orang tua perlu berkomunikasi secara terbuka dan jujur tentang perkembangan anak. Informasi mengenai progres akademis, perilaku, dan kebutuhan khusus anak sebaiknya dapat dibagikan dengan transparan.
  • Rapat Orang Tua-Guru (ROG):
  • ROG merupakan forum penting untuk berbicara langsung tentang perkembangan anak. Ini memberikan kesempatan bagi orang tua dan guru untuk bertukar informasi, mengatasi masalah, dan merencanakan tindakan bersama.
  • Pemberian Umpan Balik Positif:
  • Guru dapat memberikan umpan balik positif kepada orang tua mengenai pencapaian dan partisipasi anak di sekolah. Sebaliknya, orang tua juga dapat memberikan umpan balik kepada guru mengenai pengalaman anak di rumah yang mungkin mempengaruhi kehidupan sekolah.
  • Keterlibatan Orang Tua dalam Pembelajaran:
  • Involvement orang tua dalam proses pembelajaran anak sangat penting. Guru dapat memberikan saran dan dukungan untuk melibatkan orang tua dalam kegiatan pembelajaran di rumah.
  • Koordinasi dalam Penanganan Masalah:
  • Jika ada masalah atau tantangan yang dihadapi anak, guru dan orang tua perlu bekerja sama untuk menemukan solusi yang terbaik. Kolaborasi dalam mengatasi masalah akan lebih efektif daripada bekerja secara terpisah.
  • Partisipasi dalam Kegiatan Sekolah:
  • Orang tua diundang untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, seperti acara olahraga, pementasan teater, dan acara komunitas. Ini menciptakan ikatan yang lebih kuat antara sekolah dan keluarga.
  • Membangun Kepercayaan:
  • Hubungan yang kuat dan saling percaya antara guru dan orang tua merupakan kunci keberhasilan. Kepercayaan ini menciptakan lingkungan di mana anak merasa didukung baik di sekolah maupun di rumah.
  • Pemahaman Terhadap Budaya dan Nilai Keluarga:
  • Guru perlu memahami budaya dan nilai-nilai keluarga anak. Ini membantu dalam menyesuaikan pendekatan pengajaran dan memberikan dukungan yang sesuai.
  • Memberikan Sumber Daya dan Dukungan:
  • Guru dan orang tua dapat berbagi sumber daya dan memberikan dukungan satu sama lain. Misalnya, guru dapat memberikan informasi mengenai metode pembelajaran yang efektif, sementara orang tua dapat memberikan wawasan tentang kebutuhan khusus anak.
  • Hubungan yang positif dan kolaboratif antara guru dan orang tua menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara menyeluruh. Ini juga membantu menciptakan fondasi yang kuat bagi anak untuk berhasil dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
  • Dyan Martha, S. Pd. Guru di SMAN 14 Pekanbaru

Kurangnya kesadaran orang tua bahwa mendidik anak bukan hanya tugas guru namun tugas bersama antara orang tua dan guru. Harus ada persamaan konsep dalam memajukan anak.
Kemudian faktor kesibukan dan pekerjaan orang tua, biasanya orang tua yang bekerja juga sibuk dengan target pekerjaannya sehingga anaknya kurang perhatian dan kasih sayang.  Ketika guru memberitahu kondisi anaknya mereka tidak cepat tanggap. Kemudian pola pendidikan berbeda membuat pola komunikasi orang tua dan guru juga berbeda

Dari kajian literatur dan hasil wawancara, maka relasi hubungan guru dengan orang tua yang kurang kondusif perlu adanya langkah-langkah berikut  :

  • Pentingnya komunikasi antara guru dengan orang tua siswa
  • Pentingnya kerja sama yang baik antara guru dan orang tua.
  • Pentingnya guru dan orang tua melakukan pertemuan rutin/berkala
  • Orang tua sebaiknya dilibatkan dalam pembelajaran, seperti: orang tua bisa memberi masukan/saran.
  • Orang tua sebaiknya memberi dukungan terhadap kegiatan pembelajaran.
  • Orang tua menganggap anak disekolah sepenuhnya tanggung jawab guru.

4

Guru belum maksimal dalam penerapan model pembelajaran yang inovatif

Kajian literatur :

  • Hasbullah. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan edisi revisi. PT RajaGrafindo Persada.
  • Tujuan utama inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni: kemampuan dari sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk srtuktur dan prosedur organisasi. Jadi keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. 
  • Imamora, Edison. (2019). Perkembangan Inovatif Pembelajaran Seni Budaya Era Digital. Digital Repository. Universitas Negeri Medan. Digital Repository. Universitas Negeri Medan.

Dalam penelitian ini mengatakan bahwa pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan berbasis teknologi informasi/ digitalisasi merupakan hal yang sangat penting untuk dibangkitkan kembali dalam rangka pelestarian, pemeliharaan dan pengembangan nilai-nilai budaya sebagai identitas diri dan kekayaan bangsa Indonesia.

Sumber Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:

 

  • Drs. Isnorizal, M.M. Dinas Pendidikan Provinsi Riau. 
  • Guru-guru harus diberi motivasi dan pelatihan-pelatihan khusus terkait kompetensi yang diajarkan. Guru harus kreatif dengan berbagai model pembelajaran agar siswa semangat belajar.
  • Muhammad Isra, S.Kom. Guru di SMAN 14 Pekanbaru
  • Beberapa mata pelajaran yang bersifat praktik sudah berhasil menerapkan model pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis masalah ataupun projek, tetapi beberapa elemen lain yang tidak menggunakan komputer (teoriitis) sulit menerapkan model-model pembelajaran seperti model koperatif, inkuiri karena hanya mengandalkan buku sekolah sebagai satu-satunya sumber informasi, disebabkan penggunaan HP sebagai alat untuk mencari informasi pembanding penggunaannya terbatas diluar buku teks. Jadi perlu disiasati dengan meminta siswa harus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sebelum pertemuan berikutnya agar model pembelajaran seperti model koperatif dan inkuiri bisa berjalan. Tinggal kendalanya pada kemauan siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya.

 

Dari kajian literatur dan hasil wawancara mengenai pemanfaatan model pembelajaran adalah:

  • Guru harus banyak ide dan gagasan dalam mengajar dengan kata lain harus kreatif dan inovatif
  • Guru harus bisa menciptakan inovasi-inovasi menarik agar siswa tidak bosan belajar
  • Guru harus faham dengan model-model pembelajaran dan menyesuaikan dengan kondisi kelas
  • Guru harus diberi motivasi dan pelatihan-pelatihan mengenai model pembelajaran

5

Guru kurang menguasai  media tekhnologi dalam proses pembelajaran

Kajian literatur :

  • Darwin Effendi dan Achmad Wahidy. (2019). Pemanfaatan Teknologi dalam Proses Pembelajaran Menuju Pembelajaran Abad 21. Universitas PGRI Palembang.
  • Pembelajaran abad 21 menerapkan kecakapan belajar & inovasi, kecakapan informasi, media dan teknologi (melek digital). Pembelajaran abad 21 memiliki kompetensi antara lain: kreatif dan inovasi, berpikir kritis menyelesaikan masalah, komunikasi dan kolaborasi. Selain itu, peserta didik dan pendidik memiliki kompetensi dalam memiliki informasi, media and teknologi, atau dengan kata lain mereka harus melek informasi, melek media, dan melek TIK. Perkembangan teknologi telah memunculkan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif dalam proses pembelajaran
  • Unik Hanifah Salsabila & Niar Agustian. (2021). Peran Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
  • Teknologi pendidikan merupakan penerapan pengetahuan ilmiah pada pembelajaran yang akibatnya tujuan pembelajaran bisa tercapai secara efektif dan efisien, yang tidak hanya sebatas alat dan barang atau perangkat keras (hadware) namun juga software, dan brainware. Dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi pembelajaran masih ada tiga prinsip dasar, yaitu:1) Pendekatan sistem (system approach), 2) Berorientasi pada peserta didik (learner centered), 3) Pemanfaatan sumber belajar semaksimal dan sebervariasi mungkin (utilizing learning resources).

Sumber Wawancara dengan Guru/Kepala Sekolah/ Pengawas Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:

 

  • M. Husen, S.Kom. Operator/Guru TIK SMAN 14 Pekanbaru
  • Pemanfaatan teknologi disekolah terus berkembang, namun belum mencapai titik maksimal. Teknologi telah digunakan dalam pembelajaran daring, aplikasi pembelajaran khusus, platform pembelajaran interaktif, serta integrasi alat-alat teknologi dalam pembelajaran di kelas. Namun, masih banyak peluang untuk lebih memaksimalkan teknologi dengan pengembangan konten yang lebih interaktif, penggunaan AI untuk personalisasi pembelajaran, dan integrasi teknologi dalam evaluasi dan pengukuran kemajuan siswa.
  • Saran untuk pemanfaatan teknologi di sekolah adalah:
  • Pelatihan yang Mendalam:* Pastikan para pendidik memperoleh pelatihan yang memadai dalam penggunaan teknologi untuk mendukung pembelajaran yang efektif.
  • Aksesibilitas dan Kesetaraan:* Pastikan semua siswa memiliki akses yang setara terhadap teknologi. Dukung inisiatif untuk menyediakan perangkat dan koneksi internet yang memadai kepada siswa yang membutuhkan.
  • Kurasi Konten yang Berkualitas: Pentingnya memilih dan menyusun konten yang berkualitas tinggi serta relevan dengan kurikulum.
  • Kolaborasi dan Kreativitas: Dorong kolaborasi antar siswa dan penggunaan teknologi untuk mendorong kreativitas dalam pembelajaran.
  • Pemantauan dan Evaluasi: Terus pantau penggunaan teknologi dalam pembelajaran serta evaluasi efektivitasnya terhadap kemajuan belajar siswa.
  • Fleksibilitas dan Inovasi: Berikan ruang bagi inovasi dan eksperimen dengan teknologi baru untuk meningkatkan proses pembelajaran.
  • Kritikan konstruktif juga diperlukan, seperti meningkatkan keamanan data, mengurangi kemungkinan ketimpangan digital, dan memastikan penggunaan teknologi tidak menggantikan interaksi sosial yang penting dalam pembelajaran.
  • Silvi Yulanda, S.Kom. Operator di SMAN 14 Pekanbaru
  • Tekhnologi di sekolah sudah bagus karena wifi sudah bisa di akses ke semua warga SMA, dan guru2 juga sudah menggunakan teknologi dalam pembelajaran contohnya penggunaan infokus dalam mengajar. Guru bisa lebih leluasa mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan memakai wifi sekolah. Namun siswa masih dibatasi menggunakanya karena efek yang bisa ditimbulkan oleh tekhnology untuk mereka.
  • Irma Rahmayani T, S.Pd. Guru Seni Budaya SMAN 14 Pekanbaru
  • Ketika diberlakukan larangan membawa hp android ke sekolah terjadi kesulitan terhadap tanggung jawab dalam aktifitas belajar siswa disekolah, seperti tugas yang selalu dilalaikan dan daya tarik terhadap proses pembelajaran yang kurang diminati. Oleh karna itu, kita sebagai guru berperan sebagai guru memberi motivasi dan dukungan untuk meningkatkan kemauan siswa dalam proses belajar disekolah.

Dari kajian literatur dan hasil wawancara mengenai guru belum maksimal dalam pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran  adalah:

  • Guru belum maksimal dalam memanfaatkan tekhnologi
  • Guru masih gaptek, belum sepenuhnya menguasai tekhnologi
  • Guru masih harus dikasih pelatihan yang mendalam tentang tekhnologi
  • Siswa jangan dibatasi bertekhnologi, seperti: larangan membawa hp android. Penggunaan hp android khususnya seni budaya sangat mendukung proses pembelajaran terutama praktek tari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun