Siswa malas pergi ke perpustakaan sehingga siswa kekurangan referensi dalam mengerjakan tugas-tugas. Siswa lebih cendrung menyontek punya temannya.
Sumber: Â Sabilal Muhtadien. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kunjungan Siswa ke Perpustakaan. Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro. Hal. 5Â
"Terdapat dua faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca siswa yang berkaitan dengan rendahnya minat kunjung siswa ke perpustakaan sekolah, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri masing-masing siswa. Faktor internal meliputi adanya kecenderungan malas dalam beraktivitas, minat dan motivasi yang rendah, kecenderungan siswa tidak memiliki gairah untuk membaca, Kesibukan beraktivitas, Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor eksternal meliputi: a. Sarana dan prasarana, dalam proses kegiatan yang terjadi di perpustakaan harus ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, sehingga siswa dapat memperoleh informasi dan betah berlama-lama di perpustakaan sekolah. b. Pelayanan, pustakawan sekolah seharusnya dapat melayani dengan sabra. c. Status sosial, datang ke perpustakaan tidak hanya dikhususkan bagi sebagian golongan tertentu saja, tetapi ke perpustakaan dapat dilakukan oleh semua golongan d. Lingkungan. e. Kemajuan teknologi memperkenalkan siswa dengan begitu banyak multimedia berupa internet, laptop, smartphone, dan sebagainya."
Siswa kesulitan dalam menghafal  dan menghitung gerakan tari sesuai tempo musik iringannya.
Sumber: Leni Lestari. Usaha guru mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran seni budaya tari. (skripsi). UIR Sendratasik. 2020. Hal. 2"Menurut Jamaris  kesulitan belajar tidak berhubungan langsung dengan tingkat intelegensi dari individu yang mengalami kesulitan, namun individu tersebut mengalami kesulitan dalam menguasai ketrampilan belajar dan dalam melaksanakan tugas-tugas spesifik  yang dibutuhkan dalam belajar seperti yang dilakukan dalam pendekatan dan metode pembelajaran konvensional. "
2
Siswa berkebutuhan khusus
Siswa berkebutuhan khusus seringkali over acting dalam proses belajar mengajar
Siswa berkebutuhan khusus terkadang membuat teman-temannnya tidak fokus dalam belajar. Ada-ada saja ulahnya seperti marah tanpa sebab yang jelas, dan mengajak guru mengobrol bahkan memijit-mijit guru disaat jam pelajaran sedang berlangsung. Jika ditegur atau dinasehati emosinya meledak-ledak.
Sumber: Tarindra Puspa Wijayanti et al. Journal of Creativity Student 2. 2019. Hal.3 "Keberadaan sekolah inklusi akan memberikan dampak tersendiri bagi pengembangan kepribadian dan kepekaan sosial anak. Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan anak normal kurang memiliki kepekaan kepada anak yang berkebutuhan khusus. Disini seorang guru dan lingkungan sekolah sangat berperan dalam mengasah kepekaan sosial anak, karena sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan komunikasi dengan makhluk lainnya".
3