Bayangkan kalau TikTok Shop masih ada namun produk impor dari Tiongkoknya sudah dibatasi, tidak bisa sembarangan masuk. Pedagang yang jualan gayung bisa laris tanpa harus khawatir akan ada gayung dari Tiongkok. Atau pedagang jaket kulit dari Garut bisa laris tanpa harus khawatir akan ada jaket kulit imitasi dari Tiongkok.
Dan 1 hal lagi, predatory pricing memang sudah ada jauh sebelum ada TikTok Shop. Siapa predatornya? Pedagang grosir!
Di saat ritel harus membeli dari pedagang grosir dalam jumlah banyak untuk dijual eceran, eh pedagang grosirnya juga jualan eceran dengan harga satuannya yang sudah pasti lebih murah.
Kesimpulan
Mengatasi predatory pricing dan melindungi UMKM dan produk dalam negeri tidak bisa diselesaikan dengan menutup sebuah fitur yang ada di dalam sebuah platform media sosial. Jika demikian, Kita sama saja seperti membersihkan sampah yang terdampar dan berserakan di pantai, tapi membiarkan sampah-sampah di muara sungai mengalir ke laut, berakhir di pantai.
Baca Juga:Â Algoritma TikTok Tidak Bisa Ditebak, Ini Penyebabnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H