Mohon tunggu...
Ahmad Wafa
Ahmad Wafa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance

Seorang penulis yang menyukai tempat wisata alam yang indah dan syair-syair puisi cinta maupun puisi sedih.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Miskin Tambah Miskin, Kaya Makin Kaya, Adilkah?

3 November 2017   07:12 Diperbarui: 3 November 2017   08:05 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencari kayu di hutan, Dokumentasi Pribadi.

Terkadang saya bingung dengan kebijakan negara ini, ya... itulah yang saya rasakan. Kadang saya melihat kebawah, dan melihat diri saya sendiri waktu dulu, tidak punya harta yang berlimpah dan hidup serba kekurangan. Akan tetapi saya selalu mensyukurinya, semua itu adalah nikmat Allah.

Pada waktu saya melihat keatas, saya ini bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa, hanya orang kecil yang tak tahu apa-apa, tak punya jabatan, tak punya gelar, hanya lulusan Madrasah Aliyah. Ya... tapi saya selalu berusaha untuk membangun sebuah usaha sendiri, menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Namun, terkadang jika saya lihat lebih kebawah, saya kasihan dengan mereka yang hidup serba kekurangan. Dan... saya tidak bisa membantu apa-apa karena saya belum punya harta yang melimpah, yaa... tentu saja hanya bisa membantu semampu saya.

Setelah itu saya lihat lagi keatas, banyak sekali orang kaya yang tidak perduli sama sekali dengan orang-orang dibawahnya, mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan menambah kekayaan untuk diri sendiri.

Walaupun... tidak sedikit orang kaya yang baik hati dan memiliki kepedulian yang sangat baik, namun jumlahnya tidak sebanyak mereka yang tak perduli.

Itu adalah hak pribadi, ya... memang benar itu adalah hak masing-masing orang untuk peduli pada sesama atau tidak peduli sama sekali.

Banyak sekali mereka yang miskin berusaha merubah hidupnya, dan akhirnya gagal. Banyak pula yang sukses merubah hidupnya, namun tidak sebanyak mereka yang miskin dan serba kekurangan.

Orang... semakin kaya akan terus memikirkan bagaimana caranya supaya lebih kaya dan kaya dan lebih banyak lagi harta... bahkan sebagian orang ada yang sampai menghalalkan segala cara, kebanyakan begitu, walau tak semuanya.

Orang... kalau tak punya, mau usaha terkendala dengan modal, ada yang memberanikan diri berhutang lalu gagal dan akhirnya bertambah miskin, ada yang bertahan hidup serba kekurangan dan takut dengan hutang, itu adalah pilihan.

Setelah tahun 2000, semuanya berubah dengan sangat cepat dan sangat pesat, Perubahan terjadi begitu cepat, dan makin lama makin banyak ketidak-adilan, semuanya jadi makin tak seimbang, antara yang miskin dan yang kaya.

Sebelum tahun 2013, saya hidup hanya pas-pasan, bahkan serba kekurangan, melamar kerja disana disini gajinya tidak ada yang bagus sama sekali dan tidak bisa mencukupi kebutuhan saya pribadi, akhirnya saya memutuskan untuk jadi kuli bangunan dan kuli pasir karena gajinya lebih besar.

Pada waktu saya sudah lulus sekolah, mencari kerja waktu itu sangat sulit, terutama yang gajinya bisa mencukupi kebutuhan, banyak sekali perusahaan yang sistemnya kontrak, tidak tetap, dan itu sangat tidak menguntungkan rakyat kecil seperti saya.

Jujur saja, saya sangat tidak setuju dengan sistem kerja kontrak, itu sama sekali tidak menguntungkan karyawan. Saya sering berpindah-pindah pekerjaan, dan sampai akhirnya tetap tidak menemukan pekerjaan yang gajinya mencukupi.

Pada tahun 2009 setelah lulus sekolah, saya bekerja menjadi penjaga studio dengan gaji 60ribu setiap minggu, apakah itu cukup? tentu tidak... itu tak cukup buat beli makan, roko, bbm, dll.

Selama tahun 2009 - 2013 saya terus berpindah-pindah pekerjaan dan tidak menemukan pekerjaan yang gajinya lebih dari 1 juta perbulan, kecuali jadi seorang kuli bangunan / kuli pasir.

Ya... saya pindah dari perusahaan A ke perusahaan B, karena saya hanya lulusan sederajat SMA, pastinya saya tidak dapat posisi yang bagus, dan gaji tidak sampai 700ribu, benar-benar luar biasa pada waktu 4 tahun tersebut.

Masih mending jadi kuli pasir di sungai, sehari bisa dapat 50 - 60 ribu, cukup buat beli roko, makan, bbm, dan masih ada sisanya, daripada bekerja 8 - 12 jam di sebuah perusahaan tapi gaji tidak sampai 1 juta.

Baiklah lanjut ke topik... Orang kaya... kadang saya sangat heran jika ada orang kaya berusia lebih dari 45 tahun tapi masih terus saja memperkaya dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.

Orang Miskin... Rata-rata orang miskin kemampuan berfikirnya tidak terlalu bagus, akhirnya lebih memutuskan untuk jadi pekerja tetap daripada pengusaha, karena takut jatuh bangkrut dan takut tidak ada jaminan sukses, tidak punya modal, takut berhutang, dan banyak faktor lain.

Miskin dan kaya pilih mana ? saya yakin lebih dari 95% Orang akan lebih memilih jadi kaya... Kalau harus memilih, mana ada orang yang mau memilih hidup miskin? tidak ada... kalau yang memilih hidup pas-pasan asal serba kecukupan banyak.

Saya rindu dengan jaman dulu, ketika orang tidak mau jadi PNS, namun sekarang banyak sekali orang yang ingin jadi PNS, dulunya PNS cari orang, sekarang orang cari PNS.

Bahkan, banyak yang rela jadi sukuan sebelum jadi PNS, padahal gaji juga tak seberapa, hanya demi jadi PNS banyak pula orang yang mau mengeluarkan uang sampai ratusan juta, sungguh mengejutkan.

Kalau saya punya uang ratusan juta, sudah pasti saya tidak bakalan mau jadi PNS dan lebih memilih buka usaha kecil-kecilan, dengan modal segitu sudah lebih dari cukup, namun... kenyataannya tidak sedikit orang kaya yang takut jatuh, dan tidak merasa kalau dirinya sudah jatuh.

Misalnya... seorang petani berpenghasilan tinggi menyekolahkan anaknya sampai sarjana, dan menginginkan putranya jadi PNS, sampai apasaaja dibayar agar jadi PNS, itu sungguh luar biasa, padahal gaji PNS tidak sebesar ayahnya yang jadi petani.

Bukankah seorang ayah inginkan anaknya lebih baik daripada dirinya? sebuah kesalahan kalau menjadikan seorang anak karyawan, padahal penghasilan jadi karyawan tidak seberapa jika dibandingkan dengan ayahnya, seharusnya penghasilan anak bisa lebih tinggi dari anaknya, itu baru lebih baik.

Saya sering melihat yang seperti itu di daerah saya, ada orang kaya, petani, sukses, tidak kekurangan apapun, tapi malah menjadikan anaknya seorang karyawan, sungguh mengejutkan, dan saya sangat kaget.

Kenapa tidak diajari untuk meneruskan karirnya sebagai petani? lalu apa gunanya kelak mewariskan lahan sawah pada anak kalau lahan tersebut tidak bisa di kelola oleh anaknya sendiri? ya itu sering terjadi, ini hanya sebagian kecil contoh.

Miskin makin miskin, kaya tambah kaya, apakah itu adil? Kalau saya lebih setuju dengan sama rata sama rasa... tidak terlalu banyak orang yang kaya dan semua bisa seimbang antara harga jual dan harga beli.

Apabila yang kaya tambah kaya, pastilah harga tanah melonjak drastis dan hanya orang kaya saja yang mampu membelinya dan semuanya juga akan mahal harganya, untuk beli makan saja susah apalagi beli tanah.

Dahulu sekali... tahun 80an kakek saya pernah membeli tanah seharga 500ribu rupiah untuk tanah seluas 1400 meter persegi di area kota, Pinggiran. Jadi harga tiap 1 meter persegi harganya berkisar 360 rupiah, sedangkah penghasilan kakek saya rata-rata tiap bulan 80ribu tiap bulan, gaji segitu bukan gaji orang kaya. Kakek saya mengumpulkan uang 500ribu butuh waktu 3 tahun.

Sekarang, bisakah dengan gaji yang setara 80ribu pada jaman dulu untuk membeli tanah 1400meter persegi dalam 3 tahun?

Katakanlah, gaji 80ribu pada jaman dulu itu setara dengan 2.5juta jika sekarang, dan tanah yang dibeli oleh kakek saya pada jaman dulu itu sekarang harganya sudah mencapai 1 juta / meter persegi.

Apabila 1400 meter persegi berarti harganya sekarang sudah 1.4M. Butuh waktu berapa tahun untuk mengumpulkan uang 1.4M dengan gaji 2.5jt?

Jarak harga tanah yang sangat luar biasa dengan Gaji rata-rata, sangat jauh sekali dengan jaman dulu, dan sekarang ini sangat tidak seimbang sekali.

Contoh lagi, tahun 2014, saya membeli tanah seluas 210 meter persegi, waktu itu harganya 215 ribu permeter persegi, dan sekarang tahun 2017 harga pasaran sudah 715 ribu permeter persegi. Hanya dalam 3 tahun, sudah naik lebih dari 3x lipat.

Apakah penghasilan rata-rata juga naik 3x lipat? saya rasa tidak... dulu penghasilan UMR di kota saya 1.1 jt... sekarang sekitar 1.6 jt kurang sedikit.

Di kota saya... untuk mencari uang 2.5 juta perbulan itu tidak mudah, Gaji karyawan toko rata-rata 600 - 800 ribu... sedikit yang sampai 1 juta.

Semua harga juga sudah naik drastis... ya semuanya... jika seperti ini terus... apakah adil? dan berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk membeli rumah? katakanlah gaji karyawan 3 - 7 juta... berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk beli rumah?

Yang ada... setelah waktu yang lama uang terkumpul... semua harga akan naik lagi dan lagi... dan harga akan terus naik... sangat tidak seimbang... padahal katanya, ekonomi rakyat negara ini sudah membaik... tapi menurut saya tidak sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun