Mohon tunggu...
Ahmad Wafa
Ahmad Wafa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance

Seorang penulis yang menyukai tempat wisata alam yang indah dan syair-syair puisi cinta maupun puisi sedih.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Miskin Tambah Miskin, Kaya Makin Kaya, Adilkah?

3 November 2017   07:12 Diperbarui: 3 November 2017   08:05 2888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencari kayu di hutan, Dokumentasi Pribadi.

Kalau saya punya uang ratusan juta, sudah pasti saya tidak bakalan mau jadi PNS dan lebih memilih buka usaha kecil-kecilan, dengan modal segitu sudah lebih dari cukup, namun... kenyataannya tidak sedikit orang kaya yang takut jatuh, dan tidak merasa kalau dirinya sudah jatuh.

Misalnya... seorang petani berpenghasilan tinggi menyekolahkan anaknya sampai sarjana, dan menginginkan putranya jadi PNS, sampai apasaaja dibayar agar jadi PNS, itu sungguh luar biasa, padahal gaji PNS tidak sebesar ayahnya yang jadi petani.

Bukankah seorang ayah inginkan anaknya lebih baik daripada dirinya? sebuah kesalahan kalau menjadikan seorang anak karyawan, padahal penghasilan jadi karyawan tidak seberapa jika dibandingkan dengan ayahnya, seharusnya penghasilan anak bisa lebih tinggi dari anaknya, itu baru lebih baik.

Saya sering melihat yang seperti itu di daerah saya, ada orang kaya, petani, sukses, tidak kekurangan apapun, tapi malah menjadikan anaknya seorang karyawan, sungguh mengejutkan, dan saya sangat kaget.

Kenapa tidak diajari untuk meneruskan karirnya sebagai petani? lalu apa gunanya kelak mewariskan lahan sawah pada anak kalau lahan tersebut tidak bisa di kelola oleh anaknya sendiri? ya itu sering terjadi, ini hanya sebagian kecil contoh.

Miskin makin miskin, kaya tambah kaya, apakah itu adil? Kalau saya lebih setuju dengan sama rata sama rasa... tidak terlalu banyak orang yang kaya dan semua bisa seimbang antara harga jual dan harga beli.

Apabila yang kaya tambah kaya, pastilah harga tanah melonjak drastis dan hanya orang kaya saja yang mampu membelinya dan semuanya juga akan mahal harganya, untuk beli makan saja susah apalagi beli tanah.

Dahulu sekali... tahun 80an kakek saya pernah membeli tanah seharga 500ribu rupiah untuk tanah seluas 1400 meter persegi di area kota, Pinggiran. Jadi harga tiap 1 meter persegi harganya berkisar 360 rupiah, sedangkah penghasilan kakek saya rata-rata tiap bulan 80ribu tiap bulan, gaji segitu bukan gaji orang kaya. Kakek saya mengumpulkan uang 500ribu butuh waktu 3 tahun.

Sekarang, bisakah dengan gaji yang setara 80ribu pada jaman dulu untuk membeli tanah 1400meter persegi dalam 3 tahun?

Katakanlah, gaji 80ribu pada jaman dulu itu setara dengan 2.5juta jika sekarang, dan tanah yang dibeli oleh kakek saya pada jaman dulu itu sekarang harganya sudah mencapai 1 juta / meter persegi.

Apabila 1400 meter persegi berarti harganya sekarang sudah 1.4M. Butuh waktu berapa tahun untuk mengumpulkan uang 1.4M dengan gaji 2.5jt?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun