Tapi, The Catalans yang enggan ambil risiko lalu meminta CBF hanya melibatkan eks pemain Santos itu di satu turnamen saja. Sebagai bentuk kompromi, pemain yang kini memperkuat Al Hilal (Arab Saudi) itu disertakan dalam Olimpiade Rio De Janeiro, tapi absen di Copa America Centenario.
Alhasil, prestasi Selecao di dua ajang ini begitu kontras. Tim Olimpiade yang diperkuat Neymar mampu meraih medali emas di rumah sendiri, sementara tim yang bertarung di Copa America Centenario langsung rontok di fase grup.
Pada Olimpiade 2020 (digelar 2021) di Tokyo, Prancis mengizinkan Ibrahima Konate keluar dari tim, supaya bisa lebih fokus beradaptasi dengan klub barunya. Kala itu, Konate baru saja bergabung dengan Liverpool, setelah dari RB Leipzig.
Pada edisi 2024, indikasi rasa hambar itu setidaknya sudah terlihat. Sejumlah klub melarang pemain mereka ikut Olimpiade Paris.
Dari Spanyol, Real Madrid melarang semua pemainnya ikut Olimpiade. Larangan ini membuat Kylian Mbappe yang sempat diharapkan ikut Olimpiade di Paris, akhirnya tak masuk daftar pemain di tim asuhan Thierry Henry.
Di Inggris, Chelsea dan Manchester United kompak melarang pemain mereka ikut Olimpiade, demi bisa mempersiapkan diri di fase pramusim. Sejauh ini, kedua tim sama-sama siap melepas Enzo Fernandez dan Alejandro Garnacho ke Copa America, yang memang masuk kalender resmi FIFA.
Potensi tarik-ulur bisa terjadi di Aston Villa, karena Emiliano Martinez juga masuk pertimbangan pelatih Javier Mascherano untuk mengisi kuota pemain senior tim Olimpiade Argentina. Dengan lolosnya Villa ke Liga Champions terlalu riskan kalau kiper utama mereka punya jadwal superpadat.
Masih di Inggris, Arsenal juga melarang William Saliba ikut Olimpiade Paris. Perannya sebagai pilar lini belakang tim membuat Tim Gudang Peluru enggan ambil risiko.
Di Italia, Inter Milan memastikan Lautaro Martinez dilarang ikut Olimpiade Paris. Penyebabnya, sang penyerang berpeluang tampil di Copa America bersama Timnas Argentina.
Untuk ajang selevel Olimpiade, larangan klub dan potensi rasa hambar ini memang cukup disayangkan. Tapi, ini justru menjadi satu faktor kunci, yang membuat persaingan jadi lebih terbuka. Situasi yang kurang lebih mirip dengan Piala Dunia U-20 atau U-17.
Di sini tim unggulan dan non-unggulan punya kesempatan sama dalam mengejar medali emas. Jadi ini bukan arena duopoli tim sepak bola dari negara-negara Eropa atau Amerika Selatan. Terbukti, Nigeria (1996), Meksiko (2012), dan Kamerun (2000) mampu meraih satu medali emas.