Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea Era Boehly dan Sebuah Pergeseran Kriteria

30 Mei 2024   07:42 Diperbarui: 30 Mei 2024   07:44 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arrigo Sacchi, Fabio Capello dan Carlo Ancelotti (Gazzetta.it)

Arrigo Sacchi, Fabio Capello dan Carlo Ancelotti (Gazzetta.it)
Arrigo Sacchi, Fabio Capello dan Carlo Ancelotti (Gazzetta.it)
Tapi, dibalik nama-nama sukses seperti Arrigo Sacchi, Fabio Capello, Carlo Ancelotti dan Massimiliano Allegri, ada nama-nama kurang sukses seperti Clarence Seedorf, Pippo Inzaghi, Sinisa Mihajlovic dan Vincenzo Montella.

Meski sang taipan Italia kerap memberi dukungan dana transfer besar, strategi penunjukan pelatih klub terbukti berisiko tinggi. Kalau sukses, hasilnya memang istimewa, tapi kalau gagal, bisa gagal total.

Inilah risiko yang juga didapat Chelsea era Boehly. Meski sama-sama menekankan ide dan rencana taktik modern, risiko gagal total di London cukup tinggi, karena Boehly dan kolega kerap merecoki ruang ganti dan masih mengontrol penuh kebijakan transfer tim.

Soal dukungan dana transfer, Boehly dkk memang masih cukup kuat, berkat aktivitas jual-beli yang cukup seimbang. Dengan tim yang secara umum didominasi pemain muda, Si Biru punya potensi menarik.

Tapi, modal dan potensi ini bisa jadi hanya berumur pendek, jika tim (minimal) tidak lolos ke kompetisi antarklub Eropa. Sekaya apapun Boehly dan kolega, uang mereka bukan berarti tak terbatas.

Sebagus apapun ide proyek olahraga klub, selengkap apapun koleksi talenta mudanya, jika klub tak bisa bersaing secara kompetitif, akibat kekacauan di area manajemen, percuma saja.

Di sisi lain, strategi ala AC Milan era Berlusconi yang coba diterapkan Chelsea era kekinian menjadi satu hal menarik, karena di musim panas 2024, beberapa klub top Eropa juga merekrut pelatih muda.

Bayern Munich mendatangkan Vincent Kompany (antara lain atas saran Pep Guardiola) sementara Juventus mendatangkan Thiago Motta setelah eks pemain Timnas Italia itu mengantar Bologna lolos ke Liga Champions.

Langkah ini cukup berani, karena dibalik potensi sukses yang menarik, ada potensi gagal yang cukup menyeramkan. Apalagi kalau manajemen klub punya level kesabaran setipis tisu.

Menarik dilihat, sejauh mana kiprah Enzo Maresca di kursi panas pelatih Chelsea, yang sekaligus menjadi pengalaman pertamanya di kasta tertinggi Liga Inggris.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun