Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Chelsea Era Boehly dan Sebuah Pergeseran Kriteria

30 Mei 2024   07:42 Diperbarui: 30 Mei 2024   07:44 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enzo Maresca, pelatih baru Chelsea (Goal.com)

Bicara soal dinamika pergantian pelatih di Chelsea, sebenarnya klub Liga Inggris ini terbilang cukup sering berganti pelatih. Sejak 2003, ada 15 pelatih definitif yang bertugas.

Daftar ini dipastikan bertambah, setelah Si Biru mencapai kesepakatan dengan Enzo Maresca dari Leicester City, tak lama setelah berpisah dengan Mauricio Pochettino usai laga terakhir Liga Inggris musim 2023-2024.

Sebagai klub ambisius, tingkat "turnover" pelatih ini menggambarkan seberapa besar ambisi mereka untuk berprestasi. Tapi, ada satu pergeseran kriteria pelatih cukup mencolok, antara Chelsea di era Roman Abramovich dan Todd Boehly.

Di era Abramovich, rata-rata pelatih yang bertugas punya portofolio prestasi bagus di klub sebelumnya. Ada yang pernah juara Liga Champions (Jose Mourinho, Guus Hiddink, Rafa Benitez, dan Carlo Ancelotti) ada yang pernah juara Liga Europa (Andre Villas Boas), ada juga yang pernah juara Piala Dunia (Luiz Felipe Scolari).

Minimal, pelatih The Blues pernah meraih trofi domestik di negara lain (seperti pada kasus Thomas Tuchel dan Antonio Conte) atau punya impresi positif di tim sebelumnya (seperti pada kasus Frank Lampard dan Maurizio Sarri).

Tapi, di era Boehly, kriterianya bergeser menjadi "pelatih berbakat yang jago taktik dan mampu meningkatkan performa tim". Terbukti, nama-nama seperti Graham Potter, Mauricio Pochettino dan Enzo Maresca datang berurutan ke Stamford Bridge.

Profil mereka sekilas terlihat mirip, tapi situasi rumit di klub membuat semuanya terlihat kacau. Potter dikontrak jangka panjang, setelah mengangkat Brighton menjadi tim kuda hitam Liga Inggris, tapi hanya bertahan selama beberapa bulan akibat performa jeblok.

Pochettino, yang pernah membawa Tottenham Hotspur ke final Liga Champions, hanya bertahan semusim, dan dilepas setelah berselisih dengan manajemen klub. Padahal, pelatih asal Argentina itu mampu mengangkat posisi tim dari papan tengah ke zona Eropa di Liga Inggris, plus lolos ke semifinal Piala FA dan final Carabao Cup.

Maresca sendiri diikat kontrak selama lima tahun, tak lama setelah membawa Leicester City kembali ke kasta tertinggi Liga Inggris. Sebelumnya, pelatih asal Italia itu pernah menjadi staf pelatih Pep Guardiola di Manchester City.

Dengan rentang usia pelatih antara 44-53 tahun, strategi rekrutmen pelatih Chelsea ini sedikit banyak cukup mirip dengan strategi AC Milan di era Silvio Berlusconi (1986-2017). Pada eranya, Rossoneri mampu meraih beragam prestasi di level domestik dan Eropa.

Arrigo Sacchi, Fabio Capello dan Carlo Ancelotti (Gazzetta.it)
Arrigo Sacchi, Fabio Capello dan Carlo Ancelotti (Gazzetta.it)
Tapi, dibalik nama-nama sukses seperti Arrigo Sacchi, Fabio Capello, Carlo Ancelotti dan Massimiliano Allegri, ada nama-nama kurang sukses seperti Clarence Seedorf, Pippo Inzaghi, Sinisa Mihajlovic dan Vincenzo Montella.

Meski sang taipan Italia kerap memberi dukungan dana transfer besar, strategi penunjukan pelatih klub terbukti berisiko tinggi. Kalau sukses, hasilnya memang istimewa, tapi kalau gagal, bisa gagal total.

Inilah risiko yang juga didapat Chelsea era Boehly. Meski sama-sama menekankan ide dan rencana taktik modern, risiko gagal total di London cukup tinggi, karena Boehly dan kolega kerap merecoki ruang ganti dan masih mengontrol penuh kebijakan transfer tim.

Soal dukungan dana transfer, Boehly dkk memang masih cukup kuat, berkat aktivitas jual-beli yang cukup seimbang. Dengan tim yang secara umum didominasi pemain muda, Si Biru punya potensi menarik.

Tapi, modal dan potensi ini bisa jadi hanya berumur pendek, jika tim (minimal) tidak lolos ke kompetisi antarklub Eropa. Sekaya apapun Boehly dan kolega, uang mereka bukan berarti tak terbatas.

Sebagus apapun ide proyek olahraga klub, selengkap apapun koleksi talenta mudanya, jika klub tak bisa bersaing secara kompetitif, akibat kekacauan di area manajemen, percuma saja.

Di sisi lain, strategi ala AC Milan era Berlusconi yang coba diterapkan Chelsea era kekinian menjadi satu hal menarik, karena di musim panas 2024, beberapa klub top Eropa juga merekrut pelatih muda.

Bayern Munich mendatangkan Vincent Kompany (antara lain atas saran Pep Guardiola) sementara Juventus mendatangkan Thiago Motta setelah eks pemain Timnas Italia itu mengantar Bologna lolos ke Liga Champions.

Langkah ini cukup berani, karena dibalik potensi sukses yang menarik, ada potensi gagal yang cukup menyeramkan. Apalagi kalau manajemen klub punya level kesabaran setipis tisu.

Menarik dilihat, sejauh mana kiprah Enzo Maresca di kursi panas pelatih Chelsea, yang sekaligus menjadi pengalaman pertamanya di kasta tertinggi Liga Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun