Saya sendiri lalu berinisiatif membantu, dengan menyampaikan masukkan ini ke admin Kompasiana, dan membuat tulisan ini, setelah minta izin pada yang bersangkutan.
Lebih jauh, Mas Ikrom juga menyebut, ini agak kurang adil buat Kompasianer yang sudah rajin dan serius menulis, terutama mereka yang mampu konsisten menghadirkan tulisan berkualitas.
Dalam posisinya yang belakangan lebih banyak aktif di media sosial, rasa heran sang nominee ini bisa dimengerti. Saya sendiri saja masih tidak cukup percaya diri, meski tahun ini sudah mulai kembali terbiasa menulis secara rutin di Kompasiana.
Jangankan menominasikan Kompasianer lain, untuk tahun ini, menominasikan diri sendiri saja saya masih tidak berani.
Saya kadang masih terengah-engah untuk menulis satu artikel sehari, dan bukan tipikal Kompasianer yang suka blogwalking, karena mata sudah terlanjur kelelahan setelah menulis.
Kedua karakteristik itu jelas bukan tandingan mereka yang rajin blogwalking sepanjang waktu, dan kuat menulis sampai ratusan artikel dalam sebulan.
Secara pribadi, saya salut dengan keberanian Mas Ikrom, yang secara gamblang meminta kesempatan ini diberikan kepada orang lain yang lebih pantas menerima. Ini adalah satu sikap "Fair Play", yang (syukurlah) bisa dijumpai di Kompasiana Awards 2023.
Disadari atau tidak, masukan dari salah satu nominee Kompasiana Awards ini sebenarnya sudah mewakili satu fenomena umum di Kompasiana Awards. Ada Kompasianer yang bisa berkali-kali masuk nominasi, bahkan ada juga yang kembali masuk setelah pernah mendapat penghargaan.
Kalau pertimbangannya murni karena kualitas atau dampak positif yang dihasilkan, tidak ada yang salah. Seorang Lionel Messi saja pernah 7 kali meraih Ballon D'Or dan masih berpeluang meraih yang ke 8, setelah menginspirasi kemenangan Timnas Argentina di Piala Dunia 2022.
Masalahnya, karena Kompasiana Awards masih bertumpu pada hasil voting terbanyak, sistem ini akan sangat menguntungkan bagi nominee yang sudah punya jejaring luas dan pintar "cawe-cawe". Seperti Pemilu saja.
Di satu sisi, ini bisa mendorong Kompasianer untuk lebih aktif berkomunitas dan rajin menulis, sayangnya tidak semua Kompasianer bisa rajin menulis, cepat membaur dan berinteraksi dengan sesama Kompasianer.