Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Koteka Trip Bersama KJOG, Sebuah Paket Kejutan

25 Agustus 2023   10:24 Diperbarui: 25 Agustus 2023   10:29 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gusti Aning dan istri (Dok. KJOG & KOTEKA)

Boleh dibilang, dengan mengadopsi cerita sukses di Edinburgh (dibaca E-din-bra), Yogyakarta sedang berupaya untuk menaikkan level pariwisatanya menjadi kelas dunia dengan orientasi berkelanjutan.

Orientasi berkelanjutan sendiri memang jadi solusi ideal, di tengah mulai munculnya stagnasi pariwisata di Jogja, terutama setelah menjamurnya tren spot wisata "Instagrammable" yang cakupan manfaatnya kurang luas apalagi berkelanjutan dalam jangka panjang.

Menariknya, orientasi berkelanjutan ini ternyata sejalan dengan apa yang saya dan rekan-rekan temui setelahnya di nDalem Benawan, yang merupakan kediaman RM. Kukuh Hertriasning alias Gusti Aning, selaku Dewan Pembina Faircle.

Gusti Aning dan istri (Dok. KJOG & KOTEKA)
Gusti Aning dan istri (Dok. KJOG & KOTEKA)
Ditemani sajian kuliner klasik khas Keraton Yogyakarta, yakni Sangga Buwana, Gecok Ganem dan Manuk Enom, kami diajak melihat ragam potensi UMKM lokal, berupa produk kerajinan dan oleh-oleh.

Salah satu produk UMKM yang cukup menarik di sini adalah Teh Hijau dari daerah Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Teh ini beraroma harum, dengan sensasi after taste seperti buah-buahan.

UMKM sendiri belakangan menjadi satu potensi ekonomi menarik di Indonesia. Selain karena punya potensi nilai ekonomi besar, ada juga potensi keberlanjutan cukup kuat, sepanjang dikelola dengan benar dan didukung dengan baik, misalnya dalam hal perizinan.

Orientasi berkelanjutan ini menjadi poin kunci, karena bisa melibatkan masyarakat  luas untuk ikut berperan aktif melestarikan warisan historio-kultural, sambil menggarap potensi ekonomi yang ada.

Dari peran aktif inilah, kesejahteraan masyarakat bisa diupayakan menjadi lebih baik. Program kreatif pendukung seperti Desa Wisata pun bisa berjalan optimal, karena pelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat mampu berjalan secara dinamis, tanpa harus kehilangan akar.

Dengan demikian, budaya akan menjadi satu warisan yang tak lekang oleh waktu, dan wisata budaya (sebagai turunannya) bisa dinikmati secara inklusif di era lintas batas ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun