Dalam beberapa kesempatan, stadion ini juga menjadi kandang tim Sporting Cristal (klub kasta tertinggi Liga Peru) khususnya saat bertanding di Copa Libertadores, Liga Champions nya Amerika Selatan. Salah satunya, saat mereka takluk 1-3 dari Fluminense (Brasil), 6 April 2023 silam.
Sementara itu, Stadion Heysel yang juga sempat mengalami Tragedi Heysel di final Liga Champions 1985, malah mendapat penanganan lebih ekstrem dari pemerintah Belgia.
Pascatragedi yang menewaskan puluhan suporter Juventus, stadion yang juga jadi markas Timnas sepak bola dan rugby Belgia ini dirobohkan dan dibangun ulang, dengan biaya mencapai 37 juta euro (sekitar 600 miliar rupiah menurut kurs sekarang) sebelum akhirnya dibuka kembali dengan nama baru, Stadion King Baudouin, tepatnya pada tahun 1995.
Meski punya cerita memilukan di masa lalu, stadion nasional ini pada akhirnya tetap berfungsi sebagaimana mestinya, bahkan sempat menjadi salah satu venue Euro 2000 dan masih menjadi kandang Timnas Belgia hingga kini.
Sebenarnya, ada satu stadion lagi yang jadi saksi tragedi mematikan, yakni Stadion Hillsborough (Inggris) yang hingga kini masih menjadi kandang klub Sheffield Wednesday.Â
Stadion ini punya tugu peringatan Tragedi Hillsborough, yang diresmikan pada tahun 1999, atau 10 tahun pascatragedi yang total menewaskan 97 orang suporter Liverpool.Â
Tapi, berbeda dengan Stadion Heysel dan Estadio Nacional Lima, Hillsborough berstatus milik klub. Meski begitu, pemilik stadion yang berdiri sejak tahun 1899 ini pada akhirnya tetap harus mentaati aturan pemerintah Inggris untuk merenovasi stadion, kala kebijakan menghapus tribun berdiri diberlakukan.
Dalam perjalanannya, stadion yang menjadi salah satu venue Euro 1996 ini juga sempat direnovasi akibat kebanjiran (tahun 2007) dan pembaruan minor berupa pemasangan reklame LED dan instalasi pemadam kebakaran (tahun 2017).