Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sisi Realistis Uji Coba Timnas Indonesia

26 Maret 2023   14:11 Diperbarui: 26 Maret 2023   14:17 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, wajar ketika Indonesia (akhirnya) mengambil langkah serupa. Meski nama negaranya agak kurang familiar, keberadaan lawan seperti itu justru sangat bermanfaat.

Sebagai contoh, saat menghadapi tim yang punya fisik kuat seperti Curacao, Burundi, dan Palestina (bulan Juni mendatang) para pemain bisa belajar melihat kelebihan mereka dan kelemahan lawan, sebelum akhirnya mengupayakan hasil positif.

Nantinya, ini bisa jadi modal besar, jika di Piala Asia nanti bertemu wakil Timur Tengah yang secara fisik kuat. Dalam banyak kesempatan, tim-tim Asia Tenggara masih keteteran, dan Indonesia mendapat kesempatan bagus untuk belajar.

Soal peringkat FIFA lawan, banyak yang memandang sebelah mata Burundi, tapi kita juga tidak bisa memilih lawan. Buktinya, Kenya saja enggan saat diajak beruji coba dengan Tim Merah Putih.

Maka, daripada pusing karena patokan kaku peringkat 50 besar atau 100 besar FIFA, akan lebih baik kalau patokannya diubah menjadi "negara luar Asia Tenggara berperingkat dunia lebih baik.

Jadi, kalau misal Indonesia akan menghadapi negara-negara 100 besar FIFA seperti Belarus, Uganda, Oman, Bolivia, atau Israel sekalipun, publik sepak bola nasional perlu mempertanyakan kualitas aktual Timnas kita, sambil melihat betapa luasnya dunia ini, dan betapa sempit cara pandang selama ini.

Sudah bukan waktunya lagi publik sepak bola nasional dibius dengan cerita kehebatan masa lalu, karena tak lagi relevan. Untuk mendapat lawan tanding tim kelas satu, maka harus ada upaya nyata untuk membuktikan kita layak mendapatkannya.

Kalau upaya perbaikan sistem dirasa terlalu lama, maka cara paling sederhana adalah mengadakan ujicoba melawan tim dari luar Asia Tenggara, untuk mengejar ketertinggalan selama ini.

Kalau manfaat ini bisa cepat disadari, naik level secara bertahap seharusnya bisa digapai. Ambil contoh, menembus 130 besar FIFA tahun 2023, sebelum naik ke 100 besar di tahun-tahun berikutnya.

Ini memang kurang keren di awal, tapi kemajuannya bisa dirasakan di setiap aspek, sehingga tim bisa terus berkembang. Lagipula, tidak ada negara peringkat 151 FIFA yang bisa langsung melesat ke posisi teratas hanya dari satu pertandingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun