Benar-benar diluar nalar. Mungkin, energi inilah yang membuat Bung Karno berani bilang:
"Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".
Omongan Bung Besar ini benar-benar valid. Jangankan 10, satu saja sudah terbukti mampu mengguncang dunia perpajakan nasional.
Tapi, ini seharusnya bisa jadi peringatan bagus buat "sekolah favorit" atau apapun sebutannya, untuk lebih hati-hati dalam menerima siswa dari keluarga berduit, sekaligus yang (setidaknya) merasa diri seorang "pangeran" atau "tuan putri".
Mereka memang punya uang lebih dari cukup untuk membayar semua biaya, tapi kalau kasus seperti Agnes muncul lagi hanya karena kurang waspada, ribet.
Rating bintang satu di Google memang bisa cepat dihapus, tapi tidak dengan memori kolektif  masyarakat. Apalagi kalau sekelas menteri dan Presiden sampai angkat bicara.
Jadi, tidak mengejutkan kalau kelak masih ada masyarakat yang mengasosiasikan sekolah itu dengan kasus Agnes. Kasus ini terlalu spektakuler untuk dilupakan begitu saja.
Di sisi lain, kasus ini seharusnya juga bisa jadi pelajaran buat KPAI dan lembaga terkait untuk lebih sadar situasi. Dengan semakin canggihnya teknologi, anak-anak dan remaja kekinian tampak semakin cerdas.
Itu sisi positifnya. Sisi negatifnya, ada banyak hal diluar nalar yang terus muncul, Â bahkan level kegilaannya cenderung naik.
Kasus kenakalan remaja Agnes yang levelnya sudah "menembus langit melampaui satelit" menjadi contoh paling segar.
Selama KPAI dan lembaga terkait masih santai bahkan cenderung tebang pilih, rasanya ini agak memalukan, karena aparat yang seharusnya fokus menjaga keamanan masyarakat malah dibuat pusing dengan kasus kenakalan remaja yang levelnya makin diluar nalar.