Terdengar irit, bahkan cenderung pelit. Tapi pendekatan ini terbukti mampu menjaga kondisi keuangan klub tetap sehat. Kalau tidak sehat, Stadion Anfield tidak akan diperluas sampai 61 ribu penonton dan klub belum akan punya tempat latihan baru yang terintegrasi dengan akademi.
Pendekatan hati-hati juga dilakukan Newcastle United, yang juga tidak jor-joran belanja. Dengan memperhatikan neraca keuangan, mereka masih terlihat biasa saja, meski pemilik klub punya kekayaan mencapai ratusan miliar dolar.
Contoh lain yang agak unik datang dari Wolverhampton Wanderers. Tim yang dimiliki Fosun International (China) ini berkolaborasi dengan Jorge Mendes (agen super asal Portugal) sebagai penasihat sejak awal era kepemilikan. Inilah alasan, mengapa Wolves punya banyak pemain jebolan Liga Portugal.
Menariknya, disadari atau tidak, apa yang terjadi di Liga Inggris era industrialisasi menjelaskan secara gamblang, tentang bagaimana industrialisasi sepak bola berjalan.
Selain bisa mendatangkan manfaat dan memperkuat tim, ada banyak hal yang ternyata juga harus diperhatikan, mulai dari aspek keuangan, regulasi, sampai  politik. Jika semua mampu dijalankan dengan baik dan sesuai aturan, masalah akibat pelanggaran seharusnya tak terjadi.
Meski masih menghadirkan ketimpangan, sepak bola di era industri terbukti mampu menghasilkan banyak cuan. Potensi pemasukan besar, tapi inilah titik rawannya.
Jika aturan yang ada dapat ditegakkan tanpa kecuali, sebesar apapun klubnya, tidak ada masalah. Ada ketegasan dan efek jera yang seharusnya bisa menertibkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H