Kejadian pertama yang jadi sorotan dialami Arema FC, tak lama setelah bertanding melawan PSS Sleman. Selain menimbulkan kerusakan pada bus, beberapa pemain Tim Singo Edan mengalami luka ringan
Sebenarnya, insiden ini bukan dipicu karena hasil akhir pertandingan, karena PSS menang 2-0, tapi lebih karena kekecewaan besar di kalangan suporter akar rumput, menyusul imbas Tragedi Kanjuruhan.
Seperti diketahui, selain membuat liga libur sampai dua bulan, tragedi ini menghasilkan efek domino yang membagongkan. Mulai dari penghentian kompetisi Liga 2 dan 3 sampai penghapusan degradasi di Liga 1.
Ajaibnya, Arema FC hanya didenda 250 juta rupiah plus menjalani laga kandang di luar Malang. Hanya karena 1 klub bermasalah, semua divisi kena imbas. Terlepas dari keberadaan Iwan Budianto (pemegang saham mayoritas klub) sebagai Waketum PSSI, ini jelas berpotensi memicu sanksi sosial.
Terbukti, Evan Dimas dkk ditolak di sejumlah daerah, saat akan menjalani laga kandang, dan mendapat serangan usai menghadapi PSS Sleman.
Hanya berselang dua hari, insiden penyerangan juga menimpa rombongan tim Persis Solo, tak lama setelah bermain imbang 0-0 melawan tuan rumah Persita Tangerang.
Meski juga menimbulkan kerusakan dan korban luka ringan, reaksi pascainsiden ini cepat tuntas dan viral di media sosial. Penyebabnya, segera setelah diserang, Ferdinand Sinaga dkk secara spontan melakukan upaya membela diri.
Mereka turun dari bus, mengejar, dan mengamankan terduga pelaku ke pihak berwajib. Sejauh ini, sudah ada 7 orang yang diamankan pihak berwajib.
Terkait insiden ini, Persita juga merilis pernyataan resmi, dan melaporkan secara resmi para terduga oknum suporter anarkis ke kepolisian. Sebuah reaksi yang seharusnya bisa lebih dibudayakan.
Rentetan aksi dan reaksi pasca Tragedi Kanjuruhan sebenarnya sudah menunjukkan adanya kemajuan dan kesadaran kolektif di kalangan suporter untuk lebih kompak sebagai saudara sebangsa.
Kekuatan persatuan ini sebenarnya adalah satu modal positif, untuk memperbaiki kekacauan dan beragam kekurangan di sepak bola nasional. Tapi, selama kekuatan besar ini tidak bergerak mendorong federasi untuk berubah, percuma.