Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Indonesia: Setelah Curacao, Siapa Lagi?

27 September 2022   15:14 Diperbarui: 27 September 2022   16:00 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada jeda internasional bulan September 2022, Indonesia berkesempatan menghadapi Curacao, salah satu negara penghuni peringkat 100 besar FIFA. Kedua tim bertanding pada tanggal 24 dan 27 September di Bandung dan Bogor, Jawa Barat.


Mungkin, nama Curacao sebelum ini masih belum familiar di Indonesia, tapi negara di Kepulauan Karibia ini memang cocok dengan kriteria lawan tanding, yang ditetapkan pelatih Shin Tae-yong, yakni negara penghuni peringkat 100 besar FIFA.

Pemilihan lawan ini juga terbukti baik dari segi kualitas, karena Curacao (peringkat 86 FIFA) punya sejumlah pemain yang berlaga di Liga Inggris, Portugal dan Belanda. Meski tak semuanya bermain di kasta tertinggi, mereka punya kualitas yang layak untuk berada di posisi 100 besar dunia.

Selain untuk menambah pengalaman bertanding, pemilihan lawan dengan peringkat lebih tinggi bisa membantu Timnas Indonesia naik peringkat. Kebetulan, PSSI mencanangkan target jangka pendek untuk Timnas Indonesia bisa masuk peringkat 150 besar FIFA.

Berhubung pengalaman tanding dengan Curacao terbukti mampu memberikan banyak pelajaran positif, PSSI sudah mulai bersiap mencari lawan ujicoba untuk Timnas Indonesia pada jeda internasional FIFA bulan Maret 2023 mendatang, sekaligus untuk persiapan menuju Piala Asia 2023.

Tak tanggung-tanggung, PSSI langsung mematok standar peringkat FIFA lebih tinggi dari sebelumnya, yakni 50 besar. Kemungkinan soal siapa lawan tanding Tim Garuda sendiri baru akan diketahui paling cepat setelah Piala Dunia 2022, atau menjelang Piala AFF 2022.

Maklum, setelah Piala Dunia, komposisi negara-negara peringkat 50 besar dunia sendiri kemungkinan akan lumayan banyak berubah. Sebuah ide yang cukup berani.

Tapi, kalau melihat levelnya, ide ini terkesan agak gegabah, karena tingkat kesulitannya jelas jauh lebih tinggi dari Curacao. Jika sampai kalah, mungkin itu bisa dimengerti, tapi peringkat Timnas bisa turun, karena kekalahan akan mengurangi poin.

Jangankan peringkat 50 besar, melawan tim 120 besar saja Timnas Indonesia masih belum terlalu sering. Biasanya, kalau bukan Thailand (peringkat 111), Vietnam (97) yang dihadapi di Piala AFF, dengan hasil yang kadang kurang maksimal.

Saat menghadapi tim dari luar Asia Tenggara, para pemain tampak agak kaget, karena kurang terbiasa. Situasi kurang terbiasa ini sempat terlihat, saat anak asuh Shin Tae-yong bertemu Jordania (peringkat 86 FIFA) di Kualifikasi Piala Asia 2023 bulan Juni 2022 lalu.

Kala itu, meski bisa memberi perlawanan ketat, Marc Klok dkk tampak kerepotan menghadapi umpan-umpan panjang dan keunggulan fisik lawan. Dalam laga ini, Timnas Indonesia takluk 0-1, dan bisa kebobolan lebih banyak gol andai Nadeo tak membuat sejumlah penyelamatan penting.

Kekagetan mental para pemain, saat menghadapi tim peringkat 100 besar cukup terlihat di laga itu, dan baru bisa diperbaiki pada laga pertama melawan Curacao, Sabtu (24/9) silam, lewat penampilan lebih terorganisir dan berani di lapangan.

Timnas Indonesia mulai terbiasa dengan perbedaan yang ada, dan mulai berkembang, tapi mereka perlu sedikit lebih dibiasakan lagi, sebelum melangkah ke level berikutnya. Jadi, mereka bisa lebih berkembang karena sudah terbiasa.

Soal peringkat lawan, melihat pengalaman yang sejauh ini didapat, ada baiknya PSSI mematok kriteria sesuai perkembangan yang ada. Bukan 50 besar, tapi 80 besar FIFA (atau minimal diatas Curacao), supaya ada alternatif yang bisa dipilih, andai tim 50 besar yang didekati ternyata ada agenda lain, misalnya kualifikasi turnamen kontinental seperti Piala Eropa.

Satu hal yang harus dipertahankan di sini adalah, PSSI harus tetap konsisten menghadirkan tim-tim dari luar Asia Tenggara, supaya pengalaman bermain yang didapat para pemain Timnas Indonesia punya dimensi lebih kaya.
Sekalipun nama negaranya kurang familiar di mata warganet Indonesia, toh peringkat FIFA mereka terbukti lebih tinggi.

Lagipula, akan menarik juga kalau Indonesia bertemu tim-tim seperti Venezuela (Amerika Selatan, peringkat 56), Bolivia (Amerika Selatan, peringkat 81), Gabon (Afrika, 79), Burkina Faso (55) atau Jamaika (Amerika Utara, 62). Selain menambah pengalaman bertanding buat para pemain, masyarakat juga sekalian belajar geografi.

Jadi, manfaatnya bisa dirasakan semua pihak. Tapi, PSSI dan pihak terkait juga tak boleh lupa untuk terus konsisten dalam meningkatkan kualitas sepak bola nasional. Karena, setinggi apapun kenaikan peringkat FIFA Timnas Indonesia, itu akan percuma jika kualitas sepak bola nasional tidak ikut ditingkatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun