Kala itu, meski bisa memberi perlawanan ketat, Marc Klok dkk tampak kerepotan menghadapi umpan-umpan panjang dan keunggulan fisik lawan. Dalam laga ini, Timnas Indonesia takluk 0-1, dan bisa kebobolan lebih banyak gol andai Nadeo tak membuat sejumlah penyelamatan penting.
Kekagetan mental para pemain, saat menghadapi tim peringkat 100 besar cukup terlihat di laga itu, dan baru bisa diperbaiki pada laga pertama melawan Curacao, Sabtu (24/9) silam, lewat penampilan lebih terorganisir dan berani di lapangan.
Timnas Indonesia mulai terbiasa dengan perbedaan yang ada, dan mulai berkembang, tapi mereka perlu sedikit lebih dibiasakan lagi, sebelum melangkah ke level berikutnya. Jadi, mereka bisa lebih berkembang karena sudah terbiasa.
Soal peringkat lawan, melihat pengalaman yang sejauh ini didapat, ada baiknya PSSI mematok kriteria sesuai perkembangan yang ada. Bukan 50 besar, tapi 80 besar FIFA (atau minimal diatas Curacao), supaya ada alternatif yang bisa dipilih, andai tim 50 besar yang didekati ternyata ada agenda lain, misalnya kualifikasi turnamen kontinental seperti Piala Eropa.
Satu hal yang harus dipertahankan di sini adalah, PSSI harus tetap konsisten menghadirkan tim-tim dari luar Asia Tenggara, supaya pengalaman bermain yang didapat para pemain Timnas Indonesia punya dimensi lebih kaya.
Sekalipun nama negaranya kurang familiar di mata warganet Indonesia, toh peringkat FIFA mereka terbukti lebih tinggi.
Lagipula, akan menarik juga kalau Indonesia bertemu tim-tim seperti Venezuela (Amerika Selatan, peringkat 56), Bolivia (Amerika Selatan, peringkat 81), Gabon (Afrika, 79), Burkina Faso (55) atau Jamaika (Amerika Utara, 62). Selain menambah pengalaman bertanding buat para pemain, masyarakat juga sekalian belajar geografi.
Jadi, manfaatnya bisa dirasakan semua pihak. Tapi, PSSI dan pihak terkait juga tak boleh lupa untuk terus konsisten dalam meningkatkan kualitas sepak bola nasional. Karena, setinggi apapun kenaikan peringkat FIFA Timnas Indonesia, itu akan percuma jika kualitas sepak bola nasional tidak ikut ditingkatkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H