Seharusnya, Â keberadaan turnamen antardivisi seperti Piala Indonesia bisa dimanfaatkan PSSI, untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya perhatian sama baiknya pada setiap klub di tiap divisi, sekaligus membuktikan mereka memang serius ingin memajukan sepak bola nasional.
Padahal, keberadaan turnamen ini akan bisa membantu menambah skor nilai kompetisi nasional di mata AFC alias Konfederasi Sepakbola Asia. Dari segi gengsi, seharusnya Piala Indonesia tak kalah dengan liga, karena tim juaranya akan lolos ke kompetisi antarklub Asia, seperti halnya juara Liga 1.
Seperti diketahui, selain liga dan prestasi klub di turnamen tingkat Asia, keberadaan piala domestik juga jadi satu parameter penilaian. Jika parameter penilaiannya tidak lengkap, akan sulit untuk mendapat nilai tinggi, Â apalagi menaikkan peringkat liga.
Ini baru soal kompetisi, belum hal-hal lain seperti pembinaan pemain muda, aspek olahraga (sporting), kualitas infrastruktur, atau kualitas perwasitan.
Praktis, satu-satunya alasan yang bisa dipahami dari batalnya penyelenggaraan Piala Indonesia musim ini adalah, PSSI sudah pusing karena kompetisi liga saja sudah menciptakan banyak masalah. Mulai dari oknum suporter yang main flare di stadion, lapangan yang banjir saat hujan deras, dan aksi anarkis oknum suporter yang cenderung merusak.
Tapi, jika PSSI memang ingin serius memajukan sepak bola nasional, seharusnya mereka bisa lebih profesional lagi ke depannya. Dengan animo suporter yang selalu tinggi, rasanya konyol jika turnamen yang seharusnya ada jadi tidak ada, hanya karena tak ada sponsor.
Kalau turnamen pramusim dan liga saja bisa selalu dapat sponsor, kenapa piala domestik malah sepi sponsor?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H