Dalam sepak bola nasional, selain kompetisi liga, ada juga kompetisi domestik lain, yakni Piala Indonesia. Berbeda dengan kompetisi liga yang rutin diadakan sejak puluhan tahun lalu (kecuali pada masa pandemi) kehadiran kompetisi Piala Indonesia bisa dibilang masih relatif baru, karena pertama kali digelar tahun 2005.
Meski terbilang masih baru, eksistensi Piala Indonesia masih timbul tenggelam. Â Awalnya, turnamen antardivisi ini diadakan rutin antara tahun 2005-2010. Pada periode ini, Arema menjadi juara di dua edisi perdana, dan Sriwijaya FC mencatat hat-trick juara di tiga edisi berikutnya.Â
Tapi, akibat terjadinya kisruh di sepak bola nasional, baik karena dualisme liga maupun sanksi FIFA, Piala Indonesia sering vakum. Tercatat, sejak tahun 2010, turnamen ini hanya digelar pada edisi 2012 (dimenangkan Persibo Bojonegoro) dan 2018-2019 (dimenangkan PSM Makassar).
Untuk musim 2022-2023, PSSI sebenarnya sempat mewacanakan Piala Indonesia kembali digelar. Tapi, wacana itu akhirnya batal terjadi, karena pada Minggu (28/8) PSSI memutuskan batal mengadakan turnamen Piala Indonesia, akibat ketiadaan sponsor.
Dengan demikian, Â turnamen ini baru akan kembali diadakan musim 2023-2024. Itupun masih dengan catatan, jika ada sponsor yang berminat.
Jika melihat situasinya, pembatalan dan durasi kevakuman yang cukup lama ini cukup membingungkan. Seperti diketahui, posisi peringkat Liga Indonesia di tingkat Asia belum terlalu tinggi. Terbukti, klub-klub liga Indonesia belakangan hanya rutin mendapat kesempatan bermain di Piala AFC, alias Liga Europa-nya Asia.
Selain karena prestasi klub yang inkonsisten di turnamen antarklub Asia, liga Indonesia belum punya lagi turnamen piala domestik yang rutin diadakan. Ironisnya, turnamen pramusim justru rutin diadakan, dengan klub-klub Liga 1 sebagai kontestan utama.
Mulai dari Piala Menpora, Piala Presiden dan sejenisnya, semua bisa berlangsung meriah. Apa boleh buat, piala domestik yang seharusnya rutin diadakan jadi terlupakan. Â
Sedihnya lagi, ketiadaan piala domestik justru menghadirkan kesan kalau PSSI cenderung menganakemaskan Liga 1, karena klub Liga 2 atau kompetisi di bawahnya sangat jarang punya turnamen pramusim skala besar, seperti yang dimiliki klub Liga 1.
Lucunya, turnamen pramusim yang secara kompetitif kurang penting, karena bukan termasuk laga kompetitif, justru mendapat porsi perhatian, yang seharusnya didapat piala domestik. Sebuah cara pandang yang sangat tidak biasa.