Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Piala Indonesia Kembali Vakum

29 Agustus 2022   14:07 Diperbarui: 29 Agustus 2022   14:14 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piala Indonesia, kembali vakum di musim 2022/2023 (Tribunnews.com)

Dalam sepak bola nasional, selain kompetisi liga, ada juga kompetisi domestik lain, yakni Piala Indonesia. Berbeda dengan kompetisi liga yang rutin diadakan sejak puluhan tahun lalu (kecuali pada masa pandemi) kehadiran kompetisi Piala Indonesia bisa dibilang masih relatif baru, karena pertama kali digelar tahun 2005.

Meski terbilang masih baru, eksistensi Piala Indonesia masih timbul tenggelam.  Awalnya, turnamen antardivisi ini diadakan rutin antara tahun 2005-2010. Pada periode ini, Arema menjadi juara di dua edisi perdana, dan Sriwijaya FC mencatat hat-trick juara di tiga edisi berikutnya. 


Tapi, akibat terjadinya kisruh di sepak bola nasional, baik karena dualisme liga maupun sanksi FIFA, Piala Indonesia sering vakum. Tercatat, sejak tahun 2010, turnamen ini hanya digelar pada edisi 2012 (dimenangkan Persibo Bojonegoro) dan 2018-2019 (dimenangkan PSM Makassar).

Untuk musim 2022-2023, PSSI sebenarnya sempat mewacanakan Piala Indonesia kembali digelar. Tapi, wacana itu akhirnya batal terjadi, karena pada Minggu (28/8) PSSI memutuskan batal mengadakan turnamen Piala Indonesia, akibat ketiadaan sponsor.

Dengan demikian,  turnamen ini baru akan kembali diadakan musim 2023-2024. Itupun masih dengan catatan, jika ada sponsor yang berminat.

Jika melihat situasinya, pembatalan dan durasi kevakuman yang cukup lama ini cukup membingungkan. Seperti diketahui, posisi peringkat Liga Indonesia di tingkat Asia belum terlalu tinggi. Terbukti, klub-klub liga Indonesia belakangan hanya rutin mendapat kesempatan bermain di Piala AFC, alias Liga Europa-nya Asia.

Selain karena prestasi klub yang inkonsisten di turnamen antarklub Asia, liga Indonesia belum punya lagi turnamen piala domestik yang rutin diadakan. Ironisnya, turnamen pramusim justru rutin diadakan, dengan klub-klub Liga 1 sebagai kontestan utama.

Mulai dari Piala Menpora, Piala Presiden dan sejenisnya, semua bisa berlangsung meriah. Apa boleh buat, piala domestik yang seharusnya rutin diadakan jadi terlupakan.  

Sedihnya lagi, ketiadaan piala domestik justru menghadirkan kesan kalau PSSI cenderung menganakemaskan Liga 1, karena klub Liga 2 atau kompetisi di bawahnya sangat jarang punya turnamen pramusim skala besar, seperti yang dimiliki klub Liga 1.

Lucunya, turnamen pramusim yang secara kompetitif kurang penting, karena bukan termasuk laga kompetitif, justru mendapat porsi perhatian, yang seharusnya didapat piala domestik. Sebuah cara pandang yang sangat tidak biasa.

Seharusnya,  keberadaan turnamen antardivisi seperti Piala Indonesia bisa dimanfaatkan PSSI, untuk menunjukkan bahwa mereka juga punya perhatian sama baiknya pada setiap klub di tiap divisi, sekaligus membuktikan mereka memang serius ingin memajukan sepak bola nasional.

Padahal, keberadaan turnamen ini akan bisa membantu menambah skor nilai kompetisi nasional di mata AFC alias Konfederasi Sepakbola Asia. Dari segi gengsi, seharusnya Piala Indonesia tak kalah dengan liga, karena tim juaranya akan lolos ke kompetisi antarklub Asia, seperti halnya juara Liga 1.

Seperti diketahui, selain liga dan prestasi klub di turnamen tingkat Asia, keberadaan piala domestik juga jadi satu parameter penilaian. Jika parameter penilaiannya tidak lengkap, akan sulit untuk mendapat nilai tinggi,  apalagi menaikkan peringkat liga.

Ini baru soal kompetisi, belum hal-hal lain seperti pembinaan pemain muda, aspek olahraga (sporting), kualitas infrastruktur, atau kualitas perwasitan.

Praktis, satu-satunya alasan yang bisa dipahami dari batalnya penyelenggaraan Piala Indonesia musim ini adalah, PSSI sudah pusing karena kompetisi liga saja sudah menciptakan banyak masalah. Mulai dari oknum suporter yang main flare di stadion, lapangan yang banjir saat hujan deras, dan aksi anarkis oknum suporter yang cenderung merusak.

Tapi, jika PSSI memang ingin serius memajukan sepak bola nasional, seharusnya mereka bisa lebih profesional lagi ke depannya. Dengan animo suporter yang selalu tinggi, rasanya konyol jika turnamen yang seharusnya ada jadi tidak ada, hanya karena tak ada sponsor.

Kalau turnamen pramusim dan liga saja bisa selalu dapat sponsor, kenapa piala domestik malah sepi sponsor?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun