Begitu Cristiano Ronaldo datang, Â kesempatan menjadi eksekutor tendangan penalti utama hilang, dan dia tak pernah lagi sama.
Last but not least, Cristiano Ronaldo memang bermain penuh. Tapi, hatinya tak lagi berada di klub. Penampilan The Red Devils di London hari itu seolah menegaskan, kenapa superstar Portugal itu ngotot ingin segera pindah.
Ternyata, naluri pemenang lima Ballon D'Or memang tak bisa dikelabui oleh paket pepesan kosong berupa "hype" kedatangan Erik Ten Hag, narasi "rebuild" dan analisis bernada optimis di sekitarnya.
Entah kebetulan atau bukan, situasi Ronaldo dan penampilan United hari itu seperti mempertegas fakta, kenapa pemain-pemain incaran seperti Darwin Nunez, Frenkie De Jong, dan Benjamin Sesko enggan merapat.
Bahkan, Erik Ten Hag sebenarnya juga sempat diperingatkan Louis Van Gaal, saat hendak mengambil alih kursi panas di Old Trafford. Tentu saja, ini adalah masukan dari seorang senior, yang kebetulan sesama orang Belanda.
Banyak pengamat yang menyebut, Si Tulip Besi terkesan subyektif, karena kisahnya di Teater Impian berakhir pahit. Ternyata, fakta di lapangan tidak berbohong.
Hanya dalam rentang waktu 35 menit, Josh Dasilva, Mathias Jensen, Ben Mee dan Bryan Mbeumo mampu mencetak gol-gol Si Lebah ke gawang David De Gea. Episode suram pelatih gundul itu semakin sempurna, karena anak asuhnya dicemooh suporter sendiri.
Ini jelas sebuah ironi, karena baru sebulan lalu Manchunian memuji-muji tim, karena menghajar Liverpool 4-0 di Bangkok. Tapi, kini posisi berbalik total, karena performa oke di fase pramusim dan "hype" berlebihan atas Erik Ten Hag justru mulai jadi racun.
Seperti sebuah mimpi indah buat suporter tuan rumah, Brentford unggul 4-0 saat turun minum, dengan strategi yang pada dasarnya sama dengan Brighton: bermain rapat dengan serangan balik cepat. Meski Ten Hag coba melakukan perubahan di babak kedua, semua sudah terlambat.
Moral tim sudah morat-marit, sementara semangat lawan sudah jauh lebih tinggi. Satu-satunya hal positif yang didapat hanya mereka tidak kebobolan lebih banyak gol di babak kedua.
Jika melihat skornya, saya justru curiga. Jangan-jangan Brighton pekan lalu justru tidak mengeluarkan kekuatan penuh, karena masih menghargai perasaan suporter tuan rumah.