Bedanya, jika Carlos sering "disalahgunakan" menjadi penyerang, Adriano memang adalah seorang penyerang murni dengan tendangan geledek dan fisikalitas istimewa.
Sosok kidal ikonik lainnya hadir di lini tengah dalam diri Edgar Davids. Semasa bermain, Si Pitbull yang kini jadi asisten Louis Van Gaal di Timnas Belanda ini dikenal dengan gaya main tanpa kompromi dan bertenaga kuda.
Selain karena gaya mainnya, mantan pemain Ajax Amsterdam dan Juventus ini cukup familiar, karena biasa memakai kacamata renang setiap kali bermain. Kebiasaan ini muncul, setelah Davids menjalani operasi mata karena penyakit glaukoma yang dideritanya.
Dari benua Asia, kaki kidal juga menjadi satu ciri khas Shunsuke Nakamura. Legenda Timnas Jepang yang bersinar saat membela Glasgow Celtic (Skotlandia) dan Reggina (Italia) ini dikenal sebagai salah satu spesialis tendangan bebas pada masanya.
Di era kekinian, nama David Silva (Spanyol), Angel Di Maria dan Paulo Dybala (Argentina) dan Mesut Ozil (Jerman) mungkin menjadi nama familiar dari sektor dapur serangan, yang ternyata berkaki kidal.
Ketiganya sama-sama dikenal punya kemampuan dribel aduhai dan visi bermain di atas rata-rata. Makanya, pergerakan dan umpan mereka cukup sulit diantisipasi.
Keistimewaan yang kurang lebih sama juga dimiliki Johan Cruyff, salah satu dedengkot Total Football Belanda, plus duo nomor 10 milik Argentina, yakni Lionel Messi dan Diego Maradona. Hanya saja, mereka melengkapinya dengan kemampuan mencetak gol yang tak kalah ampuh dengan penyerang murni.
Di sektor depan, kehadiran pemain kidal menjadi satu warna tersendiri. Atribut spesial mereka menjadi satu penyebab populernya manuver "cut inside" dari sisi sayap ke kotak penalti.
Awalnya, manuver ini identik dengan sosok Arjen Robben di Timnas Belanda dan Bayern Munich. Kaki kidalnya menjadi satu senjata mematikan di sisi kanan serangan tim.
Belakangan, pola ini juga dipakai Mohamed Salah di Liverpool, yang juga berkaki kidal. Dalam prosesnya, kehadiran pemain berkaki kanan di sisi kiri macam Luis Diaz (Kolombia) ikut berkembang menjadi tren.
Hasilnya, manuver "cut inside" menjadi populer, karena mampu menambah daya gedor serangan. Rapatnya pertahanan pun bisa dibelah, lewat tusukan dari kedua sisi sayap