Maklum, dengan situasi yang berkembang saat ini, investor akan semakin selektif dalam menyuntikkan dana, karena mereka sudah lebih realistis. Praktis, tidak ada lagi tempat, untuk usaha rintisan tanpa konsep nyata yang berkelanjutan.
Seharusnya, ini jadi satu momentum, untuk para pelaku usaha rintisan memperbaiki semuanya. Secara teori, peluang usaha rintisan untuk bisa menjadi "pemain besar" memang di bawah 10 persen, tapi mereka tetap punya tanggung jawab moral untuk tidak menyesatkan dan merusak generasi muda.
Tanggung jawab ini penting, supaya mereka bisa memilih arah karir dengan sadar, sesuai minat dan kemampuan. Sehingga, angka pengangguran nasional tetap bisa dikurangi.
Jangan sampai terjadi lagi tragedi "ikut CPNS segan, masuk start up malah gulung tikar" pada generasi muda. Ini usaha rintisan di dunia nyata, bukan drama Korea.
Maka, para pelaku usaha rintisan tidak disarankan untuk berbicara terlalu banyak. Khususnya, selama mentalitas warisan kolonial Belanda masih menjiwai produk pembaruan yang mereka tampilkan.
Dalam kondisi seperti sekarang, masyarakat tidak butuh mulut yang hanya bisa berbicara hal-hal besar, tapi kurang bertanggung jawab. Mereka lebih butuh aksi nyata yang mampu berdampak positif.
Karena, satu tindakan nyata yang bisa berdampak positif selalu lebih baik, daripada ribuan retorika angin surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H