Dalam sedekade terakhir, Juventus muncul sebagai satu kekuatan dominan di Liga Italia. Terbukti, 9 dari 10 Scudetto di periode ini sukses diraih, bahkan secara beruntun.
Catatan impresif ini menjadi sebuah rekor juara liga beruntun terpanjang di Italia, dan menunjukkan seberapa besar progres klub asal kota Turin ini, setelah sempat terpuruk akibat dihantam badai skandal Calciopoli.
Tak hanya jago di dalam negeri, klub berseragam Hitam-Putih ini juga sempat dua kali menapak final Liga Champions, yakni pada tahun 2015 dan 2017. Sebelumnya, babak ini terakhir dicapai pada tahun 2003, dalam partai "all Italian final" melawan AC Milan.
Tapi, semua catatan cemerlang itu berubah muram dalam dua musim terakhir. Setelah hanya finis di posisi keempat Liga Italia musim lalu, catatan serupa terancam kembali hadir musim ini, seturut kekalahan 0-1 dari Inter Milan di laga Derby D'Italia, Senin (4/4, dinihari WIB).
Hasil ini membuat Si Zebra tertahan di posisi keempat klasemen sementara dengan 59 poin, terpaut empat poin dari Inter Milan (63) di posisi ketiga, dan 7 poin di belakang Napoli dan AC Milan (66). Jarak ini masih bisa bertambah, karena duo Milan masih punya tabungan satu laga tunda.
Meski masih berpeluang lolos ke final Coppa Italia, performa tim asuhan Massimiliano Allegri musim ini tampak stagnan, bahkan cenderung menurun jika dibanding musim lalu.
Dimana, trofi Piala Super Italia dan Coppa Italia berhasil diraih bersama Andrea Pirlo, yang sebenarnya masih tergolong "hijau" sebagai seorang pelatih, di musim tunggal Sang Metronom sebagai pelatih Juventus.
Tapi, penurunan itu tampak terlihat musim ini, di bawah komando Allegri, pelatih berpengalaman yang cukup sukses di periode pertamanya bersama Juventus (2014-2019).
Memang, di Eropa, Juve kembali mencapai babak perdelapan final, tapi mereka tumbang di Piala Super Italia atas Inter Milan. Di liga, tim milik keluarga Agnelli ini juga terlihat kepayahan di pekan-pekan awal dan pertengahan musim.
Selain karena faktor pergantian pelatih dan kengototan petinggi klub untuk tetap ikut serta di proyek ambisius Liga Super Eropa, ada efek yang cukup mengganggu karena masalah dari segi teknis.