Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Balik Ketertinggalan Zona OFC

18 Maret 2022   05:33 Diperbarui: 18 Maret 2022   10:28 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konfederasi Sepakbola Oseania (Oceaniafootball.com)

Pindahnya Australia ke AFC sendiri antara lain disebabkan karena persaingan di OFC kurang kompetitif, dan peluang lolos ke Piala Dunia tergolong kecil, karena hanya ada satu tiket play-off kualifikasi yang diperebutkan.

Kalaupun dapat tiket, peluang lolosnya tidak cukup besar, karena masih harus bertarung dengan wakil zona lain, bisa dari CONMEBOL, Concacaf atau AFC.

Itulah sebabnya, jumlah penampilan wakil OFC di Piala Dunia masih sangat sedikit. Tercatat, hanya Selandia Baru (1982 dan 2010) dan Australia (1974 dan 2006) saja yang pernah tampil di putaran final.

Prestasi tertinggi wakil OFC di Piala Dunia adalah perdelapan final Piala Dunia 2006. Kala itu, Australia lolos ke putaran final sebagai wakil OFC, setelah Harry Kewell dkk menang adu penalti atas Uruguay di babak play off kualifikasi.

Selebihnya, wakil OFC rutin tampil di Piala Dunia U-17 dan U-20. Sepeninggal Australia, Selandia Baru memang rutin
tampil di sini. Tapi, mulai tampilnya negara-negara seperti Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon dan Papua Nugini menunjukkan, ada perkembangan di sini, walaupun masih sedikit.

Kurang bagusnya aspek kompetitif di zona Oseania juga disebabkan oleh minimnya jumlah infrastruktur pendukung yang memadai, khususnya di luar Selandia Baru, negara yang sudah mulai menggulirkan kompetisi profesional sendiri.

Soal kompetisi liga domestik, sejak tahun 2021, Selandia Baru sudah mulai menggulirkan "National League" dengan 10 tim peserta.

Uniknya, Wellington Phoenix, salah satu tim peserta liga ini, berkompetisi di dua negara berbeda. Tim utamanya berkompetisi di liga Australia sejak musim 2007-2008, sementara tim juniornya berkompetisi di "National League" Selandia Baru.

Di luar Selandia Baru, pembangunan infrastruktur pendukung masih sulit. Maklum, kebanyakan negara Oseania kebanyakan berbentuk pulau atau kepulauan yang ukurannya tidak terlalu besar. Jadi, agak sulit membangun stadion, apalagi yang bertaraf internasional, di sini.

Kalaupun ada negara yang cukup besar, yakni Papua Nugini, kondisi perekonomian dan keamanannya masih kurang memadai. Akibatnya, kompetisi sepak bola di wilayah ini umumnya masih bersifat semiprofesional.

Ditambah lagi, sepakbola masih kalah populer dengan rugbi. Kasusnya kurang lebih mirip dengan di Asia Selatan, dimana olahraga kriket jauh lebih populer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun