Dalam beberapa waktu terakhir, pro kontra soal "rekrutmen" pemain keturunan Indonesia terus bergulir. Ada yang merasa kalau kebijakan PSSI ini hanya sebentuk kemalasan, ada juga yang menganggap pemain lokal saja sudah cukup, tidak perlu repot-repot mencari pemain keturunan Indonesia di luar negeri.
Mungkin, kebijakan PSSI ini terdengar berpola pikir instan, tapi tren ini sudah terjadi di berbagai belahan dunia. Di tim nasional negara-negara Afrika, kehadiran pemain keturunan sudah menjadi hal umum, dan sempat saya bahas di sini.
Selain negara-negara Afrika, ternyata negara-negara Amerika Selatan juga ada yang melakukan pendekatan serupa. Negara-negara itu antara lain Chile, Peru, Paraguay dan Bolivia.
Chile misalnya, saat ini lini depan mereka diperkuat Ben Brereton Diaz (22), pemain blasteran Chile-Inggris, yang sempat membela Timnas Inggris junior. Uniknya, pemain jebolan akademi Manchester United ini awalnya "ditemukan" secara tak sengaja, oleh fans Timnas Chile yang bermain game simulasi "Football Manager".
Seperti diketahui, game simulasi besutan Sports Interactive ini memang punya database nyata yang lengkap dan update tiap tahunnya. Mungkin, cara ini bisa juga dicoba di Indonesia.
Berangkat dari temuan ini, muncul desakan agar FFCh (PSSI-nya Chile) segera merekrut Brereton Diaz. Kebetulan, lini depan tim asuhan Martin Lasarte butuh penyegaran, seiring mulai menuanya Alexis Sanchez (33) dan Eduardo Vargas (32).
Alhasil, FFCh lalu bergerak, dan sukses mengamankan tenaga eks pemain Nottingham Forest untuk Timnas Chile. Pemain Blackburn Rovers ini mencatat debut Timnas di Copa America kala Chile bermain imbang 1-1 dengan Argentina di fase grup.
Bukan cuma numpang tampil, pemain kelahiran Stoke tampil konsisten dalam kampanye mereka di Copa America 2021 dan kualifikasi Piala Dunia 2022.
Performa konsistennya bersama Si Merah membuatnya jadi idola baru publik sepak bola Chile, negara kelahiran ibunya.
Negara lain yang juga melakukan pendekatan serupa adalah Peru. Sejak tahun 2020, lini depan Los Incas diperkuat Gianluca Lapadula (32).
Eks pemain AC Milan ini pada awalnya sempat memperkuat Timnas Italia, negara kelahirannya, dan mencetak trigol ke gawang San Marino di laga uji coba.
Tapi, pemain jebolan akademi Juventus ini lalu memilih banting setir ke Timnas Peru, yang merupakan negara asal ibunya. Boleh dibilang, kasus ini sedikit mirip Diego Costa, bedanya, Lapadula "pindah" berkat faktor garis keturunan dan lobi FPF (PSSI-nya Peru) atas rekomendasi pelatih Ricardo Gareca.
Seperti diketahui, Costa sempat membela Brasil di partai uji coba, sebelum akhirnya pindah ke Timnas Spanyol, negara tempat penyerang bengal ini menjalani sebagian besar karir bermainnya di Eropa.
Kembali ke Lapadula, pemain berayah orang Italia ini awalnya sempat dipanggil Timnas Peru di ajang Copa America Centenario (2016) tapi panggilan ini tidak digubrisnya, karena masih punya kesempatan bermain untuk Gli Azzurri.
Panggilan dari Timnas Peru baru diterimanya pada November 2020. Di momen inilah, sang penyerang mencatat debut, yakni kala turun sebagai pemain pengganti, tepatnya pada partai kualifikasi Piala Dunia 2022 zona CONMEBOL melawan Chile.
Lapadula juga ambil bagian, kala Blanquirroja menjadi semifinalis Copa America 2021. Di turnamen ini 3 gol dan 2 assist berhasil dicetaknya.
Torehan golnya di turnamen ini sama dengan yang dicatat Lautaro Martinez (Argentina). Mereka hanya kalah tipis dari Lionel Messi (Argentina) dan Luis Diaz (Kolombia), yang sama-sama keluar sebagai top skor dengan mencetak 4 gol.
Beralih ke Paraguay, negara tanpa pantai ini pernah diperkuat Lucas Barrios, yang lahir di Buenos Aires, Argentina. Eks pemain Borussia Dortmund ini memilih membela Paraguay, negara asal orangtuanya.
Bersama La Albirroja, Barrios ikut ambil bagian kala Justo Villar dkk mencapai perempatfinal Piala Dunia 2010 dan final Copa America 2011. Setelahnya, pemain berposisi penyerang ini tampil juga di Copa America 2015.
Jejak Barrios ini lalu diikuti Juan Iturbe, pemain sayap yang juga lahir di Buenos Aires, Argentina, dari orang tua berkebangsaan Paraguay. Di Timnas Paraguay, eks pemain sayap FC Porto dan AS Roma itu sempat ambil bagian di Copa America Centenario 2016.
Perpindahan Iturbe ini cukup unik, karena ia sempat membela La Albiceleste di tingkat junior. Dirinya bahkan sempat disebut-sebut sebagai penerus ideal Lionel Messi, karena kecepatan dan gocekannya yang istimewa.
Di negara tanpa pantai lainnya, yakni Bolivia, ada juga pemain blasteran dalam diri Marcelo Martins Moreno alias Marcelo Moreno. Meski lahir di Bolivia, pemain berposisi penyerang ini sempat membela Timnas junior Brasil, negara asal ayahnya.
Tapi, ia lalu banting setir ke Timnas Bolivia, negara asal ibunya, saat menapaki level senior. Sejak debutnya pada tahun 2007, eks pemain Shakhtar Donetsk (Ukraina) ini menjelma menjadi penyerang andalan Bolivia.
Meski tak pernah lolos ke Piala Dunia, eks pemain Werder Bremen ini turut mencetak gol, kala La Verde membantai Argentina asuhan Diego Maradona dengan skor 6-1 di La Paz, dalam kualifikasi Piala Dunia 2010. Di ajang dan tempat yang sama, gol kembali dicetak, kala Bolivia mengalahkan Brasil 2-1.
Satu-satunya prestasi di turnamen mayor, yang ditorehkan Martins bersama Timnas Bolivia hanyalah perempatfinalis Copa America 2015.
Catatan ini menjadi penampilan tunggal Si Hijau di fase gugur Copa America sejak 1997 hingga kini. Dalam turnamen yang dimenangkan Chile ini, dua gol berhasil dicetaknya.
Dalam kiprah yang sempat dijeda masa pensiun singkat pada tahun 2015, 30 gol berhasil dicetaknya dari 95 penampilan. Catatan ini menjadikannya pencetak gol terbanyak Timnas Bolivia sepanjang masa.
Jejak pemain keturunan asing di negara-negara Amerika Selatan sebenarnya bukan hal baru. Sudah ada jejak panjang, karena memang ada diaspora asing di sana yang juga ikut ambil bagian.
Regional ini memang terkenal "gila bola" tapi tidak menabukan keberadaan pemain keturunan. Selama bisa memberi dampak positif buat tim, dan memang berkualitas, kesempatan itu selalu ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H