Duel ini bahkan menjadi panggung pertunjukan "sitkom" paket lengkap dari United, karena Paul Pogba dikartu merah, setelah membuat Naby Keita ditandu keluar lapangan, meski baru bermain di awal babak kedua, dan Ronaldo dikartu kuning wasit usai menendang Curtis Jones.
Bukan cuma itu, tak lama setelah Pogba diusir wasit, Manchunian juga ikut unjuk aksi. Seperti dikomando, 25 ribu orang berbondong-bondong keluar dari Teater Impian, yang hari itu menjadi "Teater Mimpi Buruk" bagi Manchunian, sekaligus panggung "Teater Komedi" bagi suporter tim lawan.
Ini menjadi satu pemandangan sangat langka sekaligus mengenaskan, yang mungkin akan diingat sebagai memori kelam Manchunian, sampai puluhan tahun ke depan.
Tapi, momen ini akan lebih diingat suporter lawan sebagai satu lelucon, karena baru kali ini ada suporter klub besar yang "bedol desa", setengah jam sebelum pertandingan selesai, meninggalkan tim kesayangan mereka yang jadi bulan-bulanan rival abadi di rumah sendiri.
Memang, ada klub besar yang mengalami masa sulit lebih panjang dan rumit, tapi tak ada yang sampai "bedol desa" seperti itu.
Setelahnya, hasil-hasil buruk datang silih berganti. Inilah yang akhirnya memaksa klub mencopot Ole Gunnar Solskjaer dan diganti Ralf Rangnick, pelatih Jerman yang disebut-sebut sebagai penemu sistem gegenpressing.
Di bawah komando mentor Juergen Klopp dan Thomas Tuchel itu, performa United memang mulai membaik. Masalahnya, sajian "sitkom" masih berlanjut.
Maguire masih sesekali menampilkan seni bertahan "no look defending" nya, seperti saat melawan Southampton, Pogba masih tampil angin-anginan, seperti kejelasan masa depannya di Manchester.
Sudah cukup? Ternyata belum.
Ronaldo, yang biasanya rajin mencetak gol, masih puasa gol sejak awal tahun. Seperti sedang laku prihatin saja.
Saking betahnya berpuasa gol, superstar Portugal ini bahkan sempat gagal mengeksekusi tendangan penalti, saat United didepak Middlesbrough di Piala FA.