Dalam beberapa tahun terakhir, berita seputar klub Manchester United banyak berkutat pada gonjang-ganjing internal klub, bongkar pasang pemain, dan gonta-ganti pelatih.
Mengingat dominasi mereka di masa lalu, fenomena ini menjadi satu lelucon, karena hasilnya kerap membuat suporter lawan bergembira di atas ekspresi manyun para Manchunian.
Meski jadi satu lelucon, khususnya di mata suporter klub rival, klub penghuni Stadion Old Trafford masih rutin mendapat pembelaan, terutama dari legenda-legenda mereka, yang berprofesi sebagai pandit, seperti Paul Scholes, Rio Ferdinand, dan Gary Neville.
Seburuk apapun performa United, selalu ada dukungan dari mereka, termasuk saat Ole Gunnar Solskjaer menjalani periode kritis jelang pemecatannya.
Tapi, seperti kesabaran, dukungan pun ada batasnya. Satu persatu dari mereka akhirnya mulai terang-terangan mengkritik. Salah satunya datang dari Gary Neville, yang menyebut klubnya semasa bermain menyajikan sebuah "sitkom" alias komedi situasi (ada juga yang menginterpretasikannya sebagai "sinetron").
Mungkin ini terdengar sarkastik, tapi kekonyolan demi kekonyolan memang sudah jadi rahasia umum di Teater Impian. Sebenarnya, masalah ini sudah hadir sejak Sir Alex Ferguson pensiun tahun 2013 silam.
Ada banyak cerita transfer mahal tapi gagal, performa naik turun seperti jet coaster, dan berbagai masalah lain yang bikin geleng-geleng kepala. Jika malas mengikuti sejak awal, maka performa Setan Merah di musim 2021/2022 bisa menjadi satu ringkasan sempurna.
Di awal musim, United mencuri perhatian, karena memboyong Jadon Sancho dengan harga mahal dari Borussia Dortmund, dan memulangkan Cristiano Ronaldo, yang disebut-sebut datang berkat intervensi Sir Alex Ferguson, yang kini menjadi anggota dewan direksi klub.
Bukan cuma itu, Raphael Varane juga didatangkan dari Real Madrid dengan reputasi mentereng: juara Liga Champions bersama Real Madrid dan juara Piala Dunia 2018 bersama Timnas Prancis.
Setelah sempat menjalani awal yang bagus, kekonyolan demi kekonyolan muncul. Varane sempat absen karena cedera otot, Sancho kesulitan untuk beradaptasi, sementara Ronaldo mulai melempem akibat kekurangan suplai bola.