Pemain didikan akademi Ipswich Town ini masih bertahan di klub kasta ketiga Liga Inggris, dengan ikatan kontrak sampai tahun 2023 plus opsi perpanjangan.
Situasi ini memungkinkannya bertahan di Inggris, meski ranking FIFA Timnas Indonesia belum masuk kriteria. Karena ini jugalah, minat FC Tokyo (Jepang) padanya belum sampai ke tahap lanjut, karena harga transfernya tidak gratis.
Jika Elkan akhirnya bermain di Jepang, ia akan mengikuti jejak Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly.Â
Berhubung kurang bagusnya rekam jejak kelanjutan kiprah pemain keturunan Indonesia di Eropa, khususnya setelah dinaturalisasi, perlu ada perbaikan menyeluruh.
Mulai dari kualitas kompetisi, pembinaan usia muda, sampai peringkat FIFA Timnas Indonesia, semua harus konsisten diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya.
Soal kualitas kompetisi dan pembinaan usia muda, perlu konsistensi dan komitmen jangka panjang. Untuk jangka pendeknya, PSSI bisa memulai dengan rutin mengadakan uji coba di jeda internasional, supaya peluang Tim Garuda memperbaiki peringkat FIFA terus terjaga.
Tak masalah jika lawannya "hanya" Bangladesh atau Taiwan, yang penting rutin mendapat hasil positif dan peningkatan kualitas dari pengalaman bertanding.
Dengan demikian, siapapun pelatih Timnas Indonesia, ia tidak perlu repot-repot lagi mengontak pemain keturunan Indonesia di luar negeri. Sebaliknya, pemain keturunan lah yang berlomba-lomba mendekati, tanpa takut karir bermain "turun kelas".
Persis seperti di Belanda, Belgia, Jerman atau Prancis. Seperti diketahui, tim-tim raksasa Eropa ini banyak dipilih pemain keturunan imigran asing, karena punya pembinaan pemain muda dan timnas berkualitas.
Bukan cuma itu, jika pembinaan usia muda di Indonesia dapat berjalan dengan baik, Liga Indonesia bisa punya pemain "kualitas ekspor" dan tim nasional yang oke.
Ini semua memang butuh komitmen dan waktu yang tidak instan, tapi tak ada hasil tanpa melalui proses kan?