Tapi, melihat bagaimana rekam jejak pemain keturunan di Indonesia, rasanya agak sulit untuk melihat mereka bisa awet bermain di Eropa, segera setelah dinaturalisasi menjadi WNI.
Penyebabnya, sekali menjadi WNI, mereka akan dihitung sebagai "pemain non-Eropa". Di beberapa liga Eropa, ada batasan kuota jumlah "pemain non-Eropa" dalam satu tim.
Di La Liga Spanyol dan Liga Italia misalnya, satu tim hanya boleh memiliki maksimal 3 "pemain non-Eropa" dalam satu tim. Di Inggris, syaratnya bahkan lebih ketat, yakni pemain asing dibatasi hanya dari negara yang ranking FIFA Timnasnya berada di posisi 50 besar dunia.
Untuk pemain non-Eropa, klub-klub Eropa cenderung lebih sering merekrut pemain Afrika atau Amerika Selatan. Kalaupun ada yang dari Asia, kualitas mereka biasanya berada di atas rata-rata pemain lokal setempat.
Berhubung ranking FIFA Timnas Indonesia masih berada di luar 100 besar, dan Indonesia melarang adanya kewarganegaraan ganda, peluang para pemain keturunan ini bertahan lama di Eropa cukup terbatas.
Mereka umumnya dianggap sebagai "pemain asing dengan kualitas pemain lokal", jadi tidak banyak yang bisa awet di Eropa. Praktis, kalaupun mereka bermain di luar negeri, posisinya berada di seputaran Asia.
Irfan Bachdim misalnya, sejak dinaturalisasi, pemain jebolan FC Utrecht ini lebih banyak beredar di Indonesia. Di luar negeri, ia sempat mencicipi kompetisi Liga Jepang dan Thailand. Contoh lain ada pada Ezra Walian (24), yang sejak tahun 2019 beredar di Liga Indonesia.
Situasi ini bisa saja dialami Jordi Amat dkk, terutama jika kontrak mereka di klub masing-masing tak diperpanjang, dan mereka kesulitan mencari klub baru di Eropa, karena status pemain non-Eropa mereka.
Kecuali, jika mereka awalnya memang berstatus pemain utama, atau dinilai berkualitas di atas rata-rata pemain lokal setempat. Untuk kasus ini, Jordi Amat mungkin masuk kriteria, karena pernah bermain di Liga Inggris bersama Swansea City dan La Liga Spanyol, antara lain bersama Espanyol.
Kemungkinan mereka bertahan juga terbuka, jika mereka adalah pemain "home grown", dan liganya memang mewajibkan klub punya pemain "home grown" seperti pada kasus Elkan Baggott.