Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Melihat Tren Kiprah Pemain Indonesia di Eropa

3 September 2021   14:43 Diperbarui: 4 September 2021   01:10 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Egy Maulana Vikri, Brylian Aldama, Witan Sulaeman, dan Bagus Kahfi (Bolasport.com)

Dalam tiga tahun terakhir, jumlah pemain asal Indonesia yang bermain di Eropa pelan-pelan bertambah. Dimulai dari Egy Maulana Vikri yang bergabung dengan Lechia Gdansk (Polandia) sampai Bagus Kahfi yang berlabuh di Jong Utrecht (Belanda).

Di antara mereka, ada juga Brylian Aldama dan David Maulana yang bergabung dengan HNK Rijeka (Kroasia) dan Witan Sulaeman yang mendarat di Radnik Surdulica (Serbia). Mereka umumnya adalah jebolan proyek Garuda Select atau Timnas U-19.

Ini menjadi satu peningkatan, karena sebelumnya pemain muda Indonesia lebih banyak mendapat kesempatan jadi peserta trial jangka pendek di klub Eropa, sebelum akhirnya pulang karena tak mendapat kontrak.

Bagaimana kelanjutannya?

David Maulana dan Brylian Aldama musim ini sama-sama dipinjamkan HNK Rijeka ke klub divisi tiga Liga Kroasia, NK Promorac 1921.

Tujuannya untuk menambah menit bermain. Sementara itu, Bagus Kahfi baru saja mencatat debut bersama Jong Utrecht di Eerstedivisie (kompetisi kasta kedua Liga Belanda).

Dalam hal keberlanjutan karier di Eropa, mereka bertiga punya kemungkinan agak sulit untuk berpindah klub di Eropa setelah kontrak mereka habis atau harus berakhir lebih cepat, seperti pada kasus Egy dan Witan. 

Penyebabnya, mereka belum punya agen pemain yang cukup bisa mengarahkan soal "jalur karier" di Eropa. Jika pindah ke liga yang lebih besar, status "pemain non-Uni Eropa" juga bisa jadi hambatan. Itu masih belum ditambah regulasi batas peringkat FIFA Timnas negara asal, seperti di Liga Inggris.

Seperti diketahui, kuota pemain non-Uni Eropa cukup dibatasi di liga-liga Eropa. Bagi negara yang mengizinkan dwi kewarganegaraan seperti Filipina, negara-negara Afrika atau Amerika Selatan, ini mungkin bukan masalah serius, tapi tidak bagi Indonesia yang tak mengizinkan dwi kewarganegaraan.

Masalah ini jugalah yang membuat pemain naturalisasi seperti Ezra Walian dan Stefano Lilipaly akhirnya memilih pindah ke Liga Indonesia.

Di masa lalu, kasus serupa proyek Garuda Select pernah muncul, antara lain di proyek Primavera besutan PSSI. Saat itu, pemain-pemain seperti Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Yulianto sama-sama mencicipi kiprah singkat di Italia, dengan Kurniawan sempat juga bermain di FC Luzern (Swiss).

Tapi, kiprah mereka di Eropa sama-sama berumur pendek, antara lain karena terganjal regulasi kuota pemain non-Uni Eropa. Mereka akhirnya lebih banyak bermain di Indonesia. Kemungkinan ini bisa saja terjadi pada jebolan Garuda Select.

Penyebabnya, pihak yang banyak "membantu" ketiganya bukan agen pemain, tapi sponsor proyek Garuda Select besutan PSSI bersama grup Djarum, atau "rekomendasi titipan" dari Dennis Wise (Pelatih Garuda Select) seperti pada kasus Bagus Kahfi di FC Utrecht.

Jadi, tak ada jaminan kiprah mereka di Eropa bisa berkesinambungan. Kecuali, jika mereka punya agen dengan jaringan relasi cukup luas di Eropa, entah Eropa Barat atau Timur.

Sementara itu, kiprah Witan Sulaeman dan Egy Maulana Vikri di Eropa bisa dibilang cukup berkelanjutan, sekalipun situasinya sama-sama kurang menguntungkan. Egy kekurangan menit bermain di Polandia, sementara klub Witan di Serbia tersangkut kasus dugaan pengaturan skor.

Tapi, keduanya masih bisa melanjutkan kiprah di Eropa, karena diageni Dusan Bogdanovic. Eks pemain Persikota Tangerang asal Serbia ini diketahui punya jaringan relasi cukup luas di Eropa Timur, sehingga bisa membantu duo lulusan SKO Ragunan itu mencari klub baru.

Hasilnya, Egy lalu mendarat di FK Senica (Slovakia) setelah kontraknya di Lechia Gdansk habis, sementara Witan dikontrak dua tahun oleh Lechia Gdansk, tak lama setelah memutuskan berpisah dengan Radnik Surdulica. Jika tak punya agen seperti Dusan Bogdanovic, mereka sekarang mungkin sudah pulang ke Tanah Air.

Melihat polanya, bukan kejutan kalau mereka berdua masih punya waktu sedikit lebih lama lagi di Eropa, karena sang agen sudah pasti punya rencana karier buat si pemain. Rencananya pun jelas bukan hanya untuk satu atau dua tahun, tapi lebih lama.

Di sisi lain, klub-klub Eropa Timur belakangan diketahui sedang mengarahkan radar ke Indonesia, khususnya setelah mengetahui efek kedatangan Egy di Lechia dan FK Senica.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, merekrut pemain Indonesia adalah satu strategi cerdik untuk meningkatkan popularitas klub di media sosial. Dari segi bisnis, ini sangat menguntungkan, karena bisa menarik banyak sponsor masuk.

Tapi, karena pertimbangan bisnis masih lebih kuat daripada teknis, pengalaman bertanding si pemain, khususnya di tim utama mungkin masih terbatas. Kalaupun ada, pengalaman itu didapat di tim cadangan (U-23 kebawah) atau dari pengalaman bermain saat dipinjamkan ke klub lain.

Praktis, manfaat teknis yang benar-benar didapat si pemain hanya pengalaman berlatih secara rutin, lengkap dengan pengaturan pola makan dan keterampilan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Kecuali jika ada perkembangan pesat di sana.

Selebihnya, tergantung pada seberapa serius PSSI dan pihak terkait dalam membina pemain muda. Semakin serius, agaknya semakin banyak pemain yang bisa diekspor, bukan hanya sebagai bintang iklan, tapi sebagai pemain yang layak diandalkan di lapangan.

Seandainya metode yang digunakan masih berupa proyek sejenis Garuda Select, pemain yang terlibat harus punya agen yang punya jaringan relasi luas di Eropa, terutama jika si pemain memang ingin bermain di Eropa. Jika tidak, percuma, karena tak ada keberlanjutan di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun