Di masa lalu, kasus serupa proyek Garuda Select pernah muncul, antara lain di proyek Primavera besutan PSSI. Saat itu, pemain-pemain seperti Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Yulianto sama-sama mencicipi kiprah singkat di Italia, dengan Kurniawan sempat juga bermain di FC Luzern (Swiss).
Tapi, kiprah mereka di Eropa sama-sama berumur pendek, antara lain karena terganjal regulasi kuota pemain non-Uni Eropa. Mereka akhirnya lebih banyak bermain di Indonesia. Kemungkinan ini bisa saja terjadi pada jebolan Garuda Select.
Penyebabnya, pihak yang banyak "membantu" ketiganya bukan agen pemain, tapi sponsor proyek Garuda Select besutan PSSI bersama grup Djarum, atau "rekomendasi titipan" dari Dennis Wise (Pelatih Garuda Select) seperti pada kasus Bagus Kahfi di FC Utrecht.
Jadi, tak ada jaminan kiprah mereka di Eropa bisa berkesinambungan. Kecuali, jika mereka punya agen dengan jaringan relasi cukup luas di Eropa, entah Eropa Barat atau Timur.
Sementara itu, kiprah Witan Sulaeman dan Egy Maulana Vikri di Eropa bisa dibilang cukup berkelanjutan, sekalipun situasinya sama-sama kurang menguntungkan. Egy kekurangan menit bermain di Polandia, sementara klub Witan di Serbia tersangkut kasus dugaan pengaturan skor.
Tapi, keduanya masih bisa melanjutkan kiprah di Eropa, karena diageni Dusan Bogdanovic. Eks pemain Persikota Tangerang asal Serbia ini diketahui punya jaringan relasi cukup luas di Eropa Timur, sehingga bisa membantu duo lulusan SKO Ragunan itu mencari klub baru.
Hasilnya, Egy lalu mendarat di FK Senica (Slovakia) setelah kontraknya di Lechia Gdansk habis, sementara Witan dikontrak dua tahun oleh Lechia Gdansk, tak lama setelah memutuskan berpisah dengan Radnik Surdulica. Jika tak punya agen seperti Dusan Bogdanovic, mereka sekarang mungkin sudah pulang ke Tanah Air.
Melihat polanya, bukan kejutan kalau mereka berdua masih punya waktu sedikit lebih lama lagi di Eropa, karena sang agen sudah pasti punya rencana karier buat si pemain. Rencananya pun jelas bukan hanya untuk satu atau dua tahun, tapi lebih lama.
Di sisi lain, klub-klub Eropa Timur belakangan diketahui sedang mengarahkan radar ke Indonesia, khususnya setelah mengetahui efek kedatangan Egy di Lechia dan FK Senica.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, merekrut pemain Indonesia adalah satu strategi cerdik untuk meningkatkan popularitas klub di media sosial. Dari segi bisnis, ini sangat menguntungkan, karena bisa menarik banyak sponsor masuk.
Tapi, karena pertimbangan bisnis masih lebih kuat daripada teknis, pengalaman bertanding si pemain, khususnya di tim utama mungkin masih terbatas. Kalaupun ada, pengalaman itu didapat di tim cadangan (U-23 kebawah) atau dari pengalaman bermain saat dipinjamkan ke klub lain.