Diluar itu, ada kisah-kisah nostalgia, cinta monyet (seperti pada Nobita dan Shizuka), sekolah, cita-cita pribadi, dan kekonyolan-kekonyolan yang menjadi warna khas masa kanak-kanak di tiap generasi.
Uniknya, tokoh Nobisuke Nobi (ayah Nobita) dari manga ini belakangan ikut jadi sorotan warganet Indonesia, karena dinilai punya kemiripan dengan sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden keenam RI. Â
Tentunya, ini hanya untuk lucu-lucuan, seperti halnya meme-meme tokoh manga Doraemon lainnya, yang belakangan ikut mewarnai media sosial di Indonesia.
Secara pribadi, manga Doraemon adalah satu seri komik yang berkesan buat saya. Penyebabnya, selain bermanfaat dari segi hiburan, khususnya komedi, Doraemon juga ikut menghadirkan perspektif lain soal manga.
Robot cerpelai kucing yang takut tikus ini, menjadi pintu gerbang saya menuju manga beralur lebih kompleks, sebelum  naik kelas ke novel dan menulis. Berkat manga Doraemon juga, saya punya "rem pakem" untuk selektif dalam memilih manga fisik untuk dikoleksi.
Saya sendiri lebih memilih punya komik fisik ketimbang digital, karena lebih nyaman untuk mata. Selain itu, komik fisik sudah menemani sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar.
Saya masih ingat betul, keempat puluh lima jilid komik Doraemon itu datang dari berbagai latar. Dari harga mati sampai nego, dari mall sampai lapak toko buku bekas.
Di sisi lain, saya memilih berorientasi pada isi ketimbang bagian luarnya. Penyebabnya, ada perbedaan format jilid dan sampul, seperti pada foto manga Doraemon di atas.
Selebihnya, kurang lebih sama. Hanya kualitas terjemahan dan elemen latar saja yang disesuaikan.
Misalnya, jika pada terjemahan lama, Â mata uang yang kadang disebut adalah "Rupiah", maka di terjemahan baru menjadi "Yen", sesuai dengan aslinya.