Kerangka gagasan yang sudah mulai terbangun langsung berantakan. Padahal, masalah gangguan konsentrasi sudah mulai bisa tertangani, walau akhirnya tetap ikut berantakan.
Jenis "kecelakaan" yang satu ini kebetulan sempat terjadi, saat KOTEKA mengadakan diskusi daring bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Helsinki (Finlandia).
Sedikit menjengkelkan. Untungnya, masalah itu justru menghasilkan ide tak sengaja, berupa tulisan ini. Sebuah pengalaman menulis yang tak biasa.
Partisipasi saya di sini mungkin baru seumur jagung, tapi saya melihat komunitas ini cukup adaptif di masa pandemi.
Di tahun keenamnya sebagai satu komunitas, KOTEKA terlihat semakin fleksibel, karena mampu menjangkau audiens di berbagai pulau dan benua, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Â
Berkat fleksibilitas ini juga, narasumber dari berbagai latar belakang dan lokasi bisa dijangkau. Jadi, bukan kejutan kalau KOTEKA rutin mengadakan diskusi daring tiap minggu. Mereka seperti punya banyak cadangan ide.
"Kagak ada matinye", kalau kata orang Betawi.
Entah kebetulan atau bukan, fleksibilitas inilah yang ternyata dapat mempertemukan semuanya, persis seperti lirik lagu "Dekat di Hati"-nya RAN.
Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku selalu menunggu
Saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun dekat di hati
Semoga, ini tetap terjaga, sekalipun nanti pandemi telah usai.