Kalau masih kurang, bisa ditambah lagi. Kakeknya adalah seorang proklamator kemerdekaan negeri ini. Semua orang di negeri ini tahu siapa mereka dan dirinya, tanpa perlu pasang iklan di baliho.
Benar-benar modal combo "perfect" kalau kata para gamer.
Jadi, kalau cara mainnya masih pakai baliho, kebanting cuy. Malu sama titel jabatan. Malu sama simbah.
Sudah biayanya mahal, ketinggalan zaman juga. Mana sempat orang lihat baliho, kalau pemerintah memberlakukan perpanjangan PPKM?
Mana sempat lihat baliho kalau pemerintah menyuruh "stay at home"?
Ini sudah era digital. Sekarang sudah ada media sosial. Media mainstream juga rutin menyorot. Jangan lupa, "Rumah Kura-kura" juga punya bagian publikasi internal, yang beritanya rutin dikutip media nasional.
Seharusnya, ini semua bisa dimanfaatkan untuk publikasi, sekalian berkinerja dengan baik. Orang bilang "guru kencing berdiri, murid kencing berlari.". Kalau ketuanya berkinerja baik, anggotanya pasti akan mengikuti.
Kalau kinerjanya baik dan merakyat, pasti viral. Tak perlu  pasang banyak baliho, tak perlu kuatir balihonya dicorat-coret oknum usil. Tak perlu juga kuatir tersaingi figur lain.
Rakyat pun pasti senang, karena akhirnya punya wakil yang kehadirannya betul-betul nyata, bukan "antara ada dan tiada" seperti Mbak Kunti dan Mas Uwo di acara-acara supranatural.
Tak rugi kok, khususnya di masa pandemi seperti sekarang. Rakyat sudah pusing karena imbas pandemi, jangan ditambah lagi.
Pada akhirnya, semoga Puan Maharani dan para penghuni Rumah Kura-kura bisa menjalankan tugas, seperti kata lagu "Surat Buat Wakil Rakyat"-nya Iwan Fals: