"Mungkin kamu melakukan satu kesalahan fatal di kehidupan sebelumnya."
Itulah satu praduga yang biasa kudengar, terkait alasan keadaan tubuh ini. Bukan pertama kalinya kudengar, dan jujur ini lama kelamaan membuatku muak.
Aku tak asing dengan praduga macam ini. Aku lebih memilih diam, karena agama yang kuyakini tak mengajarkan itu.
Kalau memang masalah itu yang jadi penyebab, itu bukan porsiku sebagai manusia untuk melangkah lebih jauh. Ada kuasa jauh lebih besar, yang berhak menakar dan memutuskan hal itu.
Hal itu tak mungkin kulangkahi. Kalaupun diberi kesempatan untuk mengetahui, lebih baik diam. Kebetulan, aku sudah pernah diperlihatkan, tapi tak ada yang bisa kulakukan. Apa yang kulihat di sana, persis tayangan video di YouTube.
Tapi, jujur saja, mengetahui hal-hal semacam itu, bukan hal yang benar-benar penting. Apalagi, jika "Past Life" itu dikorelasikan dengan cacat fisik.
Bagaimana kalau kenyataan berkata lain? Bagaimana kalau itu membuat orang berpikir hidupnya sia-sia? Maukah mereka yang membicarakan itu membantu membereskan masalah?
Bagiku, hal-hal semacam ini kadang terlihat menjijikkan, karena justru bisa menjadi racun. Lebih menyakitkan lagi, jika pemahaman tak utuh  akan hal-hal semacam ini, justru jadi satu alasan langgengnya sebuah diskriminasi.
Aku masih ingat, seberapa banyak tatapan tak suka yang kudapat karena tubuh ini, berapa banyak orang yang berkata "amit-amit jabang bayi", seolah aku seorang penjahat kelas kakap, atau makhluk halus yang menampakkan diri.
Selama bertahun-tahun, aku sudah menerimanya, lengkap dengan ejekan dan tingkah gila para perundung. Nyaris seorang diri.
Jadi, saat ada yang bertanya,