Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas India, Lain Dulu Lain Sekarang

7 Agustus 2020   22:49 Diperbarui: 7 Agustus 2020   22:36 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo AIFF, PSSI-nya India (Goal.com)

Bicara soal India, beberapa hal yang akan langsung terhubung dengannya adalah Bollywood, Mahatma Gandhi, Nehru, Shahrukh Khan. dan Taj Mahal. Kalaupun ada olahraga yang populer kriket menjadi yang teratas, disusul field hockey.

Popularitas kedua cabang olahraga tersebut menjadi yang teratas, karena India mampu meraih beberapa prestasi di tingkat dunia, termasuk medali emas Olimpiade. Untuk olahraga kriket. India mampu meraih dua gelar juara Piala Dunia Kriket (1983 dan 2011), dan menjadi salah satu tim kuat di cabor satu ini.

Dalam cabang olahraga sepak bola, India memang relatif tertinggal dibanding negara-negara lain di Asia. Secara regional pun, progres tim-tim di Asia Selatan relatif lambat, bahkan jika dibandingkan dengan Asia Tenggara belakangan ini.

Seperti diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola di Asia Tenggara, terutama di Filipina, Thailand dan Vietnam, terus berkembang. Ketiganya sempat lolos ke Piala Asia 2019, dengan dua tim yang disebut terakhir mampu lolos dari fase grup.

Tapi, Timnas India ternyata pernah mencapai masa keemasan, khususnya di era 1950-an dan 1960-an, atau tak lama setelah negara ini merdeka tahun 1947. Dalam kurun waktu ini, Timnas India tampil di Piala Asia, Olimpiade, Asian Games, dan lolos ke Piala Dunia.

Di ajang Olimpiade, India sempat lolos empat kali beruntun, yakni pada edisi 1948, 1952, 1956, dan 1960. Inilah penampilan Timnas sepak bola India di Olimpiade hingga kini. Dari keempat edisi ini, penampilan terbaik Tim Macan Biru tersaji di Olimpiade Melbourne 1956.

Dalam kesempatan ini, India langsung lolos ke babak perempat final, setelah juara bertahan Hungaria mengundurkan diri akibat tak bisa berpartisipasi. 

Kebetulan, pada periode itu, Hungaria memang sedang mengalami gejolak politik, yang memaksa pemain kunci macam Ferenc Puskas dan Zoltan Czibor hengkang ke luar negeri.

Di babak perempatfinal, India membuat kejutan, dengan menekuk tuan rumah Australia 4-2, berkat trigol Neville D'Souza. Mereka menjadi tim Asia pertama yang mencapai semifinal Olimpiade cabor sepakbola.

Meski kalah 1-10 dari Yugoslavia di semifinal, India tetap mampu mencatat prestasi lain di Australia, setelah D'Souza menjadi top skorer dengan torehan empat gol. Cabor sepakbola Olimpiade 1956 sendiri akhirnya dimenangkan oleh Uni Soviet, yang kala itu diperkuat kiper legendaris Lev Yashin.

Aksi Timnas India di Olimpiade Melbourne (Sportskeeda.com)
Aksi Timnas India di Olimpiade Melbourne (Sportskeeda.com)
Pada prosesnya, Tim Beruang Merah menyingkirkan Indonesia di perempat final dengan skor 3-0. Kala itu, pertandingan ini dilangsungkan dua kali, karena belum ada babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Dalam pertandingan pertama, Ramang dkk mampu mengimbangi Uni Soviet tanpa gol.

Di level benua, India juga sempat meraih prestasi, baik di ajang Asian Games maupun Piala Asia. Di Asian Games, India sempat meraih sepasang medali emas, yakni saat menjadi tuan rumah di tahun 1951, dan di Jakarta tahun 1962.

Selain itu, India sempat mencapai posisi empat besar Asian Games tahun 1958. Pada kesempatan kali ini, mereka takluk 1-4 dari Indonesia di perebutan tempat ketiga.

Di ajang Piala Asia tahun 1964, India lolos otomatis, setelah lawan-lawan mereka mengundurkan diri dari babak kualifikasi.

Kala itu, mayoritas tim anggota AFC memutuskan menarik diri dari turnamen yang dihelat di Israel karena pertimbangan politis. Khususnya, berkenaan dengan status pendudukan Israel atas Palestina, dan keengganan sebagian besar negara tersebut mengakui kedaulatan Israel.

Dalam turnamen yang kala itu berformat setengah kompetisi, India mampu mengalahkan Korea Selatan 2-0 dan menekuk Hongkong dengan skor 3-1. Kala itu, Korea Selatan berstatus tim juara bertahan.

Meski takluk 0-2 dari tuan rumah Israel yang akhirnya menjadi juara, India turut mencetak prestasi personal, setelah Inder Singh mampu meraih gelar top skorer bersama Mordechai Spiegler (Israel), berkat sepasang gol yang mereka cetak.

Di ajang Piala Dunia, India sebetulnya lolos ke putaran final Piala Dunia 1950 di Brasil. Waktu itu, FIFA memberi India tiket lolos via "jalur undangan", setelah sejumlah negara seperti Prancis, Cekoslovakia, dan Skotlandia menolak berpartisipasi.

Penyebab umumnya adalah, biaya akomodasi yang kelewat mahal, dan waktu persiapan yang minim. Ditambah lagi, kondisi perekonomian global saat itu memang sedang dalam fase pemulihan setelah Perang Dunia II selesai.

Sayang, kesempatan ini dilewatkan India. Penyebabnya, AIFF (PSSI-nya India) kala itu kesulitan biaya, dan menganggap Olimpiade lebih bergengsi ketimbang Piala Dunia.

Inilah catatan tertinggi India di Piala Dunia. Selebihnya, mereka selalu kandas di babak kualifikasi, khususnya di putaran awal.

Meski sempat meraih medali perunggu di Asian Games 1970, penurunan prestasi Timnas India di tingkat benua dan dunia seolah tak terbendung setelahnya. Posisi sepak bola sebagai olahraga "nomor sekian" di India menjadi satu penyebab.

Meski sempat mencapai perempatfinal Asian Games 1982, mereka perlahan menjadi tim medioker di Asia, karena jarang tampil, apalagi melaju jauh di turnamen mayor. Pada era ini, India hanya mencatat penampilan di ajang Piala Asia 1984, dengan masuk kotak di fase grup.

Selebihnya, prestasi hanya mampu diraih India di level regional, lewat ajang Piala SAFF (Piala AFF-nya Asia Selatan). Di turnamen yang rutin digelar sejak tahun 1993 ini, India memang tercatat sebagai tim tersukses dengan 7 kali menjadi juara. Mirip dengan Thailand di Asia Tenggara.

Sedikit titik terang muncul di era 2000-an, saat Tim Macan Biru dinahkodai Stephen Constantine (Inggris). Untuk pertama kali dalam beberapa dekade, India mampu melaju jauh di turnamen tingkat benua, saat mencapai final Afro-Asian Games 2003 di kandang sendiri

Momentum positif kembali berlanjut, saat Bob Houghton (Inggris) melatih Tim Anak Benua. Di bawah komando eks pelatih Malmo FF ini, India mampu meraih gelar juara AFC Challenge Cup 2008, sekaligus lolos ke Piala Asia 2011, setelah menang 4-1 atas Tajikistan di final. Dalam laga ini, Sunil Chhetri menjadi bintang lewat trigolnya.

Meski selalu kalah di fase grup Piala Asia 2011, ternyata ini menjadi satu momentum positif buat sepak bola di India. Pembentukan Indian Super League (ISL) oleh AIFF tahun 2013 menjadi momentum lanjutannya.

Kompetisi ISL sendiri mulai aktif sejak 2014 hingga kini. Tujuannya adalah untuk memperluas jaringan kerjasama internasional dalam bidang sepakbola, dan membina potensi sepakbola India.

Aksi Del Piero di ISL (Tribunnews.com)
Aksi Del Piero di ISL (Tribunnews.com)
Dari segi kerjasama sepakbola internasional, ISL mampu memberi manfaat. Klub-klub ISL mampu menjalin kerja sama, dengan klub Eropa. Seperti Pune City, yang menjalin kemitraan, dengan Vitoria Guimaraes (Klub Divisi Utama Portugal), Villareal (Spanyol), dan Fiorentina (Italia). Ada juga Atletico de Kolkata, yang berafiliasi dengan Atletico Madrid (Spanyol).

Tak hanya itu, ISL juga menjalin kerjasama, dengan kompetisi Major League Soccer (MLS) AS, dan A League (Australia). Dari segi publisitas, liga "break away" satu ini juga mampu menarik perhatian, karena menghadirkan pemain sekaliber Nicolas Anelka, Roberto Carlos, dan Alessandro Del Piero.

Hasilnya, kemajuan kembali didapat, baik di dalam maupun luar lapangan, meski tidak instan. Di dalam lapangan, India mampu lolos ke fase grup Piala Asia 2019, dan sempat mengalahkan Thailand 4-1. Sebuah peningkatan, jika dibanding penampilan mereka sebelumnya.

Di luar lapangan, AIFF dan pemerintah setempat berhasil melobi FIFA dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia U-17. Tak tanggung-tanggung, FIFA memilih India sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 tahun 2017 (sepak bola putra), dan Piala Dunia U-17 (sepak bola putri) tahun 2020, yang belakangan ditunda setahun menyusul imbas pandemi COVID-19.

Di sini, kita bisa melihat, seberapa jauh perjalanan berproses yang ditempuh Timnas India. Meski terlihat rumit seperti film Bollywood, pelan tapi pasti mereka terus meningkat. Jika tetap pada jalurnya, bukan tak mungkin mereka akan benar-benar lolos ke Piala Dunia suatu saat nanti.

Di sisi lain, ini membuktikan, sehebat apapun catatan prestasi di masa lalu, itu bukan jaminan mutlak. Karena, patokan utama yang digunakan adalah kekuatan saat ini, yang perlu terus ditingkatkan, untuk dapat menghadapi masa depan yang pasti lebih dinamis. Jika terlalu terpaku pada masa lalu, itu hanya akan membuat cara pandang menjadi sempit, bak katak dalam tempurung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun