Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rupa-rupa Julukan Pesepak Bola

30 Januari 2020   22:27 Diperbarui: 9 November 2021   21:47 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sepak bola, ada satu hal unik, yang selalu ada dari masa ke masa, yakni pemberian julukan untuk para pemain. 

Biasanya, julukan didapat seorang pemain, baik dari gaya bermain, kelebihan, negara asal, atau prestasi yang dibuatnya. Julukan bisa juga didapat, dari karakter, atau atribut unik si pemain.

Dalam hal gaya bermain, kita antara lain menemukan sosok Arjen Robben. Eks pemain Timnas Belanda dan Bayern Munich dikenal dengan julukan "Mr. Cut Inside", merujuk pada gaya bermain yang menjadi ciri khasnya. 

Ada juga Rafael Marquez, eks bek Timnas Meksiko dan Barcelona, yang di negaranya punya julukan "El Kaiser de Michoacan" (Kaisar Meksiko), merujuk pada posisinya sebagai kapten tim, dan gaya bermainnya yang elegan.

Sosok Juan Roman Riquelme menjadi satu kasus unik dalam hal gaya bermain. Maklum, sang Argentino punya julukan "Penyihir Malas". 

Julukan ini didapat, karena meski punya visi bermain istimewa saat bersama bola, ia terlihat cenderung "malas" saat melakukan pergerakan tanpa bola.

Dalam hal kelebihan yang dimiliki, ada dua maestro lapangan tengah, yang mendapat julukan karena kelebihan yang dimilikinya. 

  • Pertama, ada Andrea Pirlo, eks bintang Juventus dan Timnas Italia, yang dikenal sebagai "Sang Metronom", merujuk pada kemampuan mengatur tempo permainan dan eksekusi bola mati yang dimilikinya. 
  • Kedua, ada Juninho Pernambucano, eks pemain Lyon dan Timnas Brasil, yang mendapat julukan "Mr Freekick", karena kerap mencetak gol lewat tendangan bebas.

Sebuah paradoks unik ada pada dua pemain depan, karena kelebihan, yang sekaligus menjadi ciri khas mereka. Nama pertama adalah Dirk Kuyt, eks pemain Timnas Belanda dan Liverpool, yang semasa bermain dikenal sebagai "Mr. Duracell", merujuk pada stamina dan etos kerjanya yang istimewa.

Di sisi lain, kita juga mengenal sosok Filippo Inzaghi, eks pemain AC Milan dan Timnas Italia, yang dikenal sebagai "Si Raja Offside", merujuk pada kemampuannya lolos dari jebakan offside, dan posisinya yang hampir selalu berdekatan dengan garis offside semasa bermain. 

Saking mesranya "hubungan" Inzaghi dengan posisi offside, Sir Alex Ferguson sampai berseloroh bahwa Inzaghi mungkin terlahir dalam posisi offside.

Tapi, jika ada pemain yang dikenal karena kelebihan sekaligus sikap buruk yang pernah dilakukannya di lapangan, Luis Suarez menjadi contoh paling mentereng. Ujung tombak Timnas Uruguay ini dikenal sebagai "El Pistolero", merujuk pada kemampuan mencetak golnya yang oke. 

Meski begitu, ia juga dikenal sebagai "Dracula", karena pernah beberapa kali mendapat skorsing panjang, akibat menggigit pemain lawan, seperti yang dilakukannya pada Giorgio Chiellini (Italia) di Piala Dunia 2014 lalu.

Terkait negara asal, ada Mohamed Salah, yang oleh fans Liverpool dijuluki "Egyptian King" (Raja Mesir), merujuk pada negara asalnya. 

Di masa lalu, kita juga mengenal sosok Pavel Nedved, legenda Juventus dan Timnas Republik Ceko, yang dikenal dengan sebutan "The Czech Cannon", merujuk pada negara asalnya, dan akurasi tembakannya yang oke.

Terkait prestasi, ada sebuah paradoks yang menjadi dasar, mengapa seorang pemain dikenal. Pertama, dilihat dari prestasi positif yang dibuatnya di lapangan. Kedua, dilihat dari kontroversi, pernyataan unik, atau prestasi negatif yang dibuatnya.

Untuk kasus pertama, ada Pele (Brasil) yang dijuluki sebagai "O Rey" (Sang Raja), antara lain karena kesuksesan meraih tiga trofi Piala Dunia semasa bermain. Selain Pele, ada juga Ronaldo, legenda Brasil lainnya, yang dikenal sebagai "Sang Fenomena", karena produktif dalam mencetak gol semasa bermain.

Pada kasus kedua, ada satu label yang belakangan viral di dunia maya, dan menjadi "ciri khas" pesepak bola tertentu, yakni "Lord".  Sayang, para "Lord" sepak bola ini lebih banyak dikenal luas, akibat sisi negatifnya, dibanding prestasinya di lapangan.

Ada yang dikenal sebagai "Lord" karena gemar melempar pernyataan unik, seperti Dejan Lovren, dan Nicklas Bendtner. Di dalam negeri, ada Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara, yang sempat menjadi "Lord", karena sempat beberapa kali melempar pernyataan unik saat menjadi Ketum PSSI.

Ada yang diingat sebagai "Lord" karena penampilan buruk di satu pertandingan, seperti dialami Loris Karius. Kiper Liverpool asal Jerman ini "ditahbiskan" sebagai Lord, akibat sepasang blundernya di final Liga Champions musim 2017/2018. 

Pada kasus hampir serupa, ada nama Jesse Lingard yang turut menjadi seorang "Lord". Maklum, pemain Manchester United ini belakangan lebih produktif dalam hal membuat konten viral di dunia maya, ketimbang membuat gol atau assist di lapangan hijau.

Di dalam negeri, ada Hariono, yang mendapat gelar "Lord", setelah dirinya dikartu merah wasit, akibat kedapatan melanggar pemain lawan, dengan tendangan kungfu di kotak terlarang. Momen ini terjadi di Liga 1 musim lalu, saat dirinya masih berseragam Persib Bandung.

Meski begitu, ada juga yang diingat sebagai "Lord" karena prestasi atau kontribusi positif yang pernah dibuat. Misalnya, Divock Origi, yang belakangan kerap mencetak gol krusial buat Liverpool, seperti yang dilakukannya di semifinal dan final Liga Champions musim lalu. 

Sebelum Origi, ada Eder (Portugal) yang mencuat sebagai "Lord", berkat gol tunggal kemenangan yang dicetaknya di final Piala Eropa 2016.

Di antara para "Lord" sepak bola kekinian, nama Zlatan Ibrahimovic boleh dibilang paling komplet. Maklum, meski gemar melempar pernyataan unik, sambil sesekali bersikap jumawa, penyerang AC Milan asal Swedia ini sukses meraih berbagai trofi juara di level klub. Dalam hal mencetak gol, Ibracadabra juga dikenal produktif.

Dalam hal karakter, nama Jose Luis "Bulldog" Chillavert (Paraguay), Oliver "The Lion" Kahn (Jerman), dan Peter "The Great Dane" Schmeichel (Denmark), menjadi contoh paling mencolok. 

Maklum, ketiganya sama-sama merupakan kiper berpembawaan galak. Kita juga ingat sosok Gennaro "Rino" Gattuso (Italia), dan Roy "Schitzo" Keane, dua gelandang bertahan yang sama-sama bersumbu pendek.

Dalam hal atribut unik, ada dua sosok pemain yang dikenal luas karenanya, yakni Wayne Rooney (Inggris), dan Gianluigi Buffon (Italia). 

Wayne Rooney dikenal punya julukan "Shrek", karena penampilannya yang sekilas mirip dengan tokoh animasi Shrek, sementara Buffon punya julukan "Superman", yang kebetulan merupakan tokoh superhero favoritnya.

Di luar semua hal di atas, masih ada banyak hal lain yang menentukan julukan para pesepak bola, seperti ciri fisik (yang antara lain didapat Gilvanildo "Hulk" De Souza berkat tubuh kekarnya), atau inisial dan nomor punggung, seperti pada kasus Cristiano "CR7" Ronaldo, dan sebagainya. 

Beragamnya julukan para pesepak bola, dengan berbagai latar belakangnya membuktikan, seseorang akan terus diingat orang, selama ia mau (dan bisa) menjadi diri sendiri, apapun plus minus yang dimilikinya, tanpa berusaha menjadi "tiruan" siapapun. 

Bedanya, ia akan diingat dengan rasa hormat jika membuat capaian positif, dan akan diingat dengan sedikit rasa geli, jika terlalu akrab dengan hal-hal kurang penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun