Seiring berjalannya waktu, realita ini terlihat begitu nyata buatku. Di luar pekerjaan, ada keluarga, teman-teman lama dan baru yang begitu hangat. Mereka muncul satu persatu seperti kepingan puzzle, mengisi ruang kosong di hati.
Di kota ini, aku banyak belajar, mulai dari berhemat sampai memanfaatkan waktu dengan baik sesuai porsinya. Dalam kerapuhan dan absurditasnya, kota ini menampilkan sisi bijaknya kepada aku, si ringkih nan renta.
Ada waktunya mengistirahatkan jiwa, seperti halnya mengistirahatkan tubuh. Ada waktunya bekerja, seperti halnya bercanda tawa dengan teman. Ada waktunya menyepi, seperti halnya bersenang-senang bersama keramaian.
Kota ini juga tak lelah mengingatkanku, punya privasi dan batasan itu anugerah tak ternilai yang harus dijaga. Tanpa mereka, hidup akan terasa rapuh. Sungguh celaka jika tubuh ringkih ini sampai punya kehidupan yang rapuh. . Lebih baik tubuh lelah karena bekerja, daripada hati lelah karena terlalu sibuk menderita.
Aku menikmati kehidupan di sini tanpa beban. Ini bukan Kota Klasik yang setiap sudutnya penuh kenangan dan konon terbuat dari rindu. Ini adalah kota dimana waktu tak pernah berjalan terlalu cepat, seperti diriku yang tak bisa berjalan cepat. Aku memang bukan siapa-siapa di sini, tapi aku bersyukur, kota ini tak lelah memberiku nasehat bijak, dan membuatku tak pernah kesepian, bahkan saat aku sedang sendirian.
Dalam kerapuhannya, kota ini selalu berkata padaku, "Bahagia itu sederhana nak. Untuk bertemu dengannya, kita tak perlu bermewah-mewah, kita hanya perlu menjadi diri kita apa adanya, karena bahagia itu selalu apa adanya."
Aku sangat berterima kasih atas nasehat ini, karena aku masih bisa merasa senang tanpa harus menggali utang. Aku bisa merasa tenang di tengah keramaian, tanpa lupa untuk tetap jadi diri sendiri.
Pada akhirnya, kota ini mengajakku mengingat sejenak, aku bisa sampai di sini berkat keputusan besar yang kuambil di hari jadiku yang ke tiga belas kali dua, tepat setahun silam. Kini, aku sudah menapak usia tiga pangkat tiga. Entah apa saja yang akan kualami selama setahun ini. Yang jelas, aku hanya bisa bersiap untuk menapak level berikutnya, sambil melihat segala kemungkinan yang ada, karena ketidakpastian adalah hal paling pasti dalam kehidupan yang pada dasarnya diciptakan hanya untuk "dijalani dan dialami", bukan "direncanakan".
Selamat datang, Tiga Pangkat Tiga!