Memang, ini adalah sebuah strategi politik yang lumrah dipakai. Tapi, dari sinilah kita bisa melihat, mana yang tak pantas dipilih. Karena, belum berkuasa saja sudah memakai cara tak benar, bagaimana kalau nanti benar-benar berkuasa?
Mungkin, cara "Diet Politik" yang saya sarankan ini terlalu pragmatis. Tapi, sebagai masyarakat kita juga perlu menyesuaikan diri dengan cara berpikir pragmatis sebagian politisi kita.Â
Supaya, mereka bisa segera sadar, rakyat Indonesia berhadapan dengan berbagai permasalahan hidup tiap hari, yang juga harus  diperhatikan tiap hari, bukan hanya lima tahun sekali.
Memang, tak ada kandidat yang sempurna tanpa cela, karena mereka masih manusia, bukan orang suci apalagi Tuhan. Tapi, kita hanya perlu berpikir secara sadar dan waras, sebelum akhirnya menentukan pilihan.
Pastinya, setiap orang yang sadar dan waras akan memilih sosok terbaik dari pilihan yang tersedia. Kalaupun semua pilihan tokoh yang tersedia sama-sama tak layak dipilih, kita tak dilarang untuk golput, karena tak memilih pun adalah sebuah pilihan.
Selebihnya, kita hanya perlu mengabaikan hal-hal tak penting dalam kontestasi Pemilu, yang hanya melibatkan para elit politik. Karena, Pemilu pada dasarnya adalah pesta milik rakyat, dengan rakyat sebagai pelaku dan pemenang utamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H