Sayangnya, kondisi serupa tak terjadi, saat Boca gantian bertandang ke markas River. Karena, bus yang mengangkut para pemain dan ofisial tim Boca diserang suporter River. Akibatnya, beberapa pemain Boca luka-luka, dan leg kedua partai final pun batal digelar.
Menyikapi situasi ini, Boca dan River lalu berdiskusi dengan CONMEBOL (Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan) di kota Asuncion (Paraguay), terkait langkah selanjutnya yang harus diambil, yakni berkaitan dengan tanggal dan lokasi alternatif. Karena, Estadio Monumental dianggap kurang kondusif, setelah insiden penyerangan itu terjadi.
Sebagai alternatif, CONMEBOL sendiri memutuskan, leg kedua final Copa Libertadores digelar di luar Argentina, dengan kota Asuncion (Paraguay), Doha (Qatar), Madrid (Spanyol), atau Genoa (Italia) sebagai pilihan lokasi. Tentunya, keputusan ini diambil karena faktor "situasi darurat" yang tak sengaja terjadi, bukan karena faktor komersial atau semacamnya.
Akhirnya, pada Kamis (29/11, waktu Asuncion), CONMEBOL memutuskan leg kedua final Copa Libertadores akan dihelat di Stadion Santiago Bernabeu (Madrid, Spanyol) pada 9 Desember waktu setempat.
Keputusan ini dicapai, setelah permohonan CONMEBOL untuk memindahkan venue Superclasico ke Bernabeu disetujui oleh Presiden FIFA, RFEF (PSSI-nya Spanyol) dan Florentino Perez (Presiden klub Real Madrid, selaku tim pemilik stadion).
Selain itu, CONMEBOL menghukum River Plate dengan denda sebesar 400 ribu dolar Amerika (sekitar Rp 5,6 miliar), plus hukuman bertanding tanpa penonton di dua laga kandang pada kompetisi level benua, akibat ulah anarkis oknum suporternya. Meski begitu, Boca berencana mengajukan banding ke CAS (badan arbitrase olahraga) supaya River dinyatakan kalah di final Copa Libertadores.Â
Tentu saja, ini adalah bagian dari rivalitas sengit kedua tim, terlepas dari kerugian yang Boca alami. Andai River berada di posisi yang sama dengan Boca saat ini, mereka pasti juga akan melakukan langkah serupa.
Terlepas dari segala masalah yang ada, secara tak sengaja, leg kedua final Copa Libertadores 2018 justru menjadi berkah buat partai Superclasico dan Copa Libertadores. Karena, untuk pertama kalinya dalam sejarah, final Copa Libertadores dimainkan di luar Amerika Selatan. Istimewanya, selain bertajuk final Copa Libertadores, partai ini sekaligus menyajikan duel big match bertajuk "Superclasico".
Boleh dibilang, ini menjadi momen "go international" buat Superclasico dan Copa Libertadores, sekaligus menjadi penutup bersejarah buat format lama final Copa Libertadores, yang biasa menggelar partai final dengan format kandang-tandang. Karena, mulai musim depan, final Copa Libertadores akan digelar sekali di tempat netral.
Menariknya, apa yang terjadi di partai Superclasico kali ini seolah membuktikan, di balik sebuah masalah, kadang muncul berkah tak terduga. Tapi, meski dipastikan akan bertensi tinggi seperti biasanya, semoga leg kedua final Copa Libertadores bertajuk Superclasico ini bisa berjalan dengan baik, dan menghasilkan pemenang yang memang layak memenangkan pertandingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H