Mohon tunggu...
yosephine purwandani
yosephine purwandani Mohon Tunggu... Freelancer - karyawan swasta

Ibu dengan 3 anak Hobi : mendengarkan musik, koleksi perangko

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menua dalam Doa

13 Juli 2023   12:45 Diperbarui: 13 Juli 2023   12:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Siluet yang akan selalu kukenang esok.

Lelaki tua duduk dalam hening,tertunduk dengan Alkitab dalam pangkuannya.

Aku hanya memandangnya, tak ingin mengusiknya.

Tak teralihkan tatapanku darinya, sampai kulihat beliau cukup membaca.

"Mbah...!!!", kupanggil dengan suara lantang seolah aku baru datang.

Beliau terkaget dan wajahnya menengadah sambil melepas kacamatanya.

"Eh, tamu adoh.....kapan leh teko nduk? karo sopo?"

(terjemahan bahasa jawa ke Indonesia : Eh tamu jauh,kapan datang? sama siapa?)

Aku tidak menjawabnya, hanya memeluknya sambil menggigit bibir supaya tak keluar tangisku.

Waktu itu aku tau hatinya rapuh,sangat rapuh.

Dalam 30 hari diakhir 2020 adalah kehilangan anak ke-4, lalu anak ke 3.

Dalam 1 tahun di akhir 2021 adalah kehilangan cucu pertama kesayangannya yang juga kakakku.

Sore itu, adalah menjelang NATAL 2021 dan kujumpai beliau di sana, disudut rumah. 

Bukan kamar memang, tepatnya adalah ruangan dengan pintu mengarah ke halaman belakang rumah.

Itu adalah kasur tempat simbah putri berbaring saat sakit kisaran tahun 1994-1995, disitulah Mbah Kakung (begitu kupanggil namanya) selalu tidur atau beraktivitas. Sekedar istirahat, sekedar tiduran atau sekedar duduk di area pintu halaman belakang.

Comfort zone  rupanya untuk beliau he he.

Tak banyak kata, paling banyak waktunya akan habis dengan televisi dan membaca Alkitab.

Matanya terluka tapi aku bisa apa?

Bercerita tentang apapun, hal-hal yang mencoba menjauhkan kesedihan beliau dan aku.

Tapi ruang itu semakin sesak, panas, dan begah dengan segala hal yang tertahan.

Sampai kehabisan kata,dan hanya berdiam berdua.

Berharap cerita televisi akan memberikan bahan baru untukku sore itu.

Teruslah sehat, teruslah bahagia dengan siapapun yang ada disampingmu.

Terimakasih atas kekuatanmu yang menginspirasi dan siluetmu yang memberikan memory.

Menualah dalam doa, menualah dengan bahagia.

Salam hormat,

Cucu

Thanks to Ardut, Kity dan Bulik yang selalu ada buat Simbah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun