Saya pribadi, yang jarang aktif menulis di Kompasiana atau blog lain, agak bingung bagaimana membuat konten yang benar-benar bisa diterima masyarakat. Apalagi, tiap masyarakat mungkin punya sudut pandang yang berbeda dalam mencerna dan menanggapi sebuah tulisan, dalam hal ini konten media yang dihubungkan dengan DGS. Tulisan saya pun hanya sekenanya dan tak jarang terlihat kaku, karena terbiasa menulis di ranah akademik, yang menjadi pekerjaan tetap saya. Tidak seperti pak Bambang Setiawan, Kompasianer Salatiga, yang tulisan dan reportasenya selalu menarik untuk disantap.
Beruntung, Sabtu (25/3) kemarin, saya mengikuti “kelas” menulis yang diampu oleh Mas Iskandar Zulkarnain (Isjet), COO Kompasiana. Sayangnya, kelas menulis bertemakan “Content Marketing” tersebut sangat singkat. Hanya sekitar setengah jam, setelah acara inti Nangkring Kompasiana yang membahas Keuangan Syariah di Hotel Santika Jogja. Menyadari pentingnya bagaimana membuat Content yang “baik”, saya pun segera merekam setiap perkataan mas Isjet, dengan smartphone saya. Agar tak berlalu begitu saja.
Meskipun temanya Content Marketing, yang sekilas diperuntukkan bagi konten bermuatan promosi produk. Namun, saya yakin, inti dari pemaparan Mas Isjet ini dapat berlaku Universal. Dapat digunakan untuk membuat konten layanan publik dan mempromosikannya pada masyarakat, seperti yang diharapkan Sri Sultan HB X.
Dalam presentasinya, Mas Isjet menyampaikan bahwa Content Marketing adalah jalan untuk menarik target audience lewat konten-konten yang berisi pesan-pesan marketing, cerita-cerita yang menggerakkan kepercayaan, perasaan, opini dan emosi. Jika dihubungkan dengan DGS, ini bisa menjadi referensi bahwa untuk membuat konten layanan publik, penulis hendaknya memikirkan bagaimana konten tersebut bisa dipercaya publik. Yang pada akhirnya, dapat diterima dengan baik oleh publik.
Pertama: Bikin Konten Kudu Sabar
“Dalam prinsip-prinsip content marketing, ada beberapa hal yang harus dicatet, pertama kita harus sabar. Karena membuat konten untuk kepentingan pemasaran itu gak kayak lari jarak pendek ya, bukan seperti sprint. Tapi ini adalah marathon, jarak panjang” Tips Pertama dari Mas Isjet, sabar yang berkelanjutan. Mungkin inilah yang disebut Sri Sultan HB X yang menyebutkan bahwa membuat konten DGS adalah “Pekerjaan Besar” bagi Masdjo, yang menuntut kesabaran berkelanjutan.
Pekerjaan besar dalam membuat konten DGS dan “memasarkannya” pada masyarakat luas. Misalnya, dalam saat membuat konten untuk “memasarkan” program mengkonsusmsi makanan sehat, konten tersebut hendaknya berkelanjutan agar komprehensif. Meminjam istilah “Lari” dan “Marathon”-nya Mas Isjet, mungkin sebaiknya konten DGS ini bisa estafet oleh masing-masing anggota Masdjo. Dengan semakin banyak netizen/blogger dan berkelanjutan yang menulis tentang program makan sehat, masyarakat bisa semakin percaya dan influence-nya bisa semakin luas.
Kedua: Utamakan Originalitas
“Be Original, dalam arti jadi diri sendiri itu satu hal yang perlu dilakukan, agar kita bisa menemukan orisinalitas dari konten yang kita buat” tips kedua dari Mas Isjet. Jika dikaitkan dengan konten DGS, ini penting agar masyarakat mendapat pengalaman yang berbeda saat membaca tulisan Masdjo. Meski pengalaman berbeda dari pembuat konten, namun inti pesannya sama.
“Sebagai penulis, maka mbok ya jangan plek ketiplek” Tegas Mas Isjet dalam memerangi “Militan Copas”. Tujuannya, ya agar masyarakat mendapat konten yang original. Jika setiap Content Creator memberikan produk yang original, dapat dipastikan akan memberikan variasi konten yang beragam pada masyarakat. Gimana masyarakat bisa percaya sama netizen/blogger kalo karya-nya hasil “curian” dari orang lain?