Mendengar itu, saya berusaha menahan tawa. Ternyata, sebelum berencana membuka usaha warung makan, Anaknya yang lulusan otomotif (entah bidang keahlian Teknik Kendaraan RIngan (TKR) atau Teknik Sepeda Motor (TSM), saya lupa bertanya) berniat untuk membuka usaha konveksi/butik/sejenisnya. Si anak berencana untuk mengikuti pelatihan menjahit.
“nek mbiyen pengen iso njahit, ngopo njaluk mlebu otomotif, mlebu teknik jahit wae” (kalau dulu pengen bisa jahit, kenapa minta masuk otomotif, masuk teknik jahit saja) sesal Beliau. Teknik jahit yang dimaksud mungkin adalah tata busana.
….
(Sedikit Kisah Perjalanan “Bisnis” Saya)
Obrolan ini benar-benar membuat saya terus berusaha menahan tawa. Lucu sekali. Saya menahan tawa bukan ingin menertawakan si bapak atau anaknya. Saya justru menertawakan diri sendiri. Pasalnya, curhatan si bapak ini sangat mirip dengan perjalanan hidup saya hingga saat ini. Begini ceritanya…
Berencana Membangun Bengkel Mobil
Pendidikan strata 1 saya jurusan Pendidikan Teknik Mesin, Konsentrasi Otomotif. Kemudian melanjutkan Magister di jurusan yang berhubungan dengan strata 1. Saat lulus kuliah magister di Yogyakarta dan kembali ke Palembang, saya bukan bingung mencari pekerjaan. Tetapi, saya bingung harus memulai usaha apa atau berdagang apa. Ada keinginan besar untuk mengembangkan kompetensi dan mengkonversinya menjadi sesuatu yang bernilai, yaitu rencana untuk membangun bengkel mobil. Mengapa bengkel mobil? Sebab, di sekitaran daerah saya, saat itu belum ada bengkel mobil. Saya yakin bisnis bengkel mobil akan “laku”: banyak pengguna mobil dan belum ada bengkel (saingan).
Namun, permasalahan muncul, -masalah klasik-, yaitu ketiadaan lahan dan terbatasnya modal pendirian bengkel. Saya sudah berusaha mengajak teman dan kerabat untuk menjadi investor, namun gagal. Akhirnya, saya memutar otak, merencanakan bisnis lain yang bermodal kecil sebagai “batu loncatan” mengumpulkan rupiah untuk modal pendirian bengkel.
“Orang Otomotif” Ingin Membuka Warung Susu Segar
Usaha yang pertama terlintas adalah membuka warung Susu segar, susu Sapi. Usaha ini terinspirasi oleh banyaknya warung/kedai susu segar di Jogja. Hampir semua kedai Susu segar di Jogja, ramai pengunjung. Untuk mewujudkan rencana itu, saya melahap berbagai informasi di internet, mengenai bisnis susu, termasuk resep. Juga, informasi peternakan sapi perah di wilayah Sumatera Selatan.
Sayangnya, saat itu hanya ada satu peternakan sapi perah, di pinggiran Kota Palembang. Volume produksi susunya pun sangat terbatas dan tak menentu. Sempat membeli beberapa liter susu murni, untuk uji coba resep susu segar berbagai rasa. Namun, saat akan membeli lagi untuk uji coba resep berikutnya, susu sapi di peternakan sudah habis. Entah kapan akan produksi lagi. Akhirnya, rencana ini saya stop. Tak ada bahan baku. Putar otak cari rencana bisnis yang lain.